Puas bersantap, sesuai dengan arahan Pak Meng, kami segera menuju gedung teater untuk menonton show pukul 19.45. Sebelum masuk, kami diminta menitipkan kamera maupun handphone di locker, karena pertunjukan tak boleh diabadikan oleh penonton. Semua penasaran ingin segera mengetahui apa sebenarnya yang akan dipertunjukkan di dalam, karena kabarnya Siam Niramit adalah show terbaik di dunia, lagi-lagi menurut Guiness Book of Records. Maka masuklah kami dengan bersemangat bersama ratusan turis mancanegara lainnya.
Saya duduk berdampingan dengan Rizki dan mendapat tempat di sayap kiri panggung. Teater tersebut memang sangat besar karena dapat menampung setidaknya lebih dari 1000 penonton. Kursi penonton dirancang senyaman mungkin, sehingga dapat membentuk posisi tubuh dengan rileks. Ruangan didominasi warna maron dan hitam dengan pusatnya sebuah panggung besar memanjang sepanjang deretan kursi penonton dari sayap kiri ke kanan. Panggung masih tertutup tirai hitam ketika penonton mulai mengatur posisi duduk mereka dengan bantuan petugas berseragam baju Siam.
Pukul 19.45, lampu mulai dimatikan bersamaan dengan diturunkannya sebuah layar putih di tengah panggung. Beberapa baris tulisan dalam berbagai bahasa terpampang di layar putih sebagai terjemahan kisah sang seorang narator yang bertutur dalam dalam bahasa Inggris, menjelaskan tentang latar belakang pertunjukan Siam Niramit. Setelah sang narator selesai bertutur, pada layar terputar film dokumenter tentang Raja Siam dan kehidupan masyarakatnya, dengan back sound lagu kebangsaan Thailand. Hadirin diminta berdiri hingga lagu selesai dikumandangkan. Saya langsung bertanya-tanya dalam hati, kira-kira pertunjukan macam apa yang akan disuguhkan di gedung semegah ini? Bukannya apa-apa, ritualnya terasa sangat sakral dan kental akan nuansa pengkultusan sang raja, bahkan turis pun diminta ikut memberikan penghormatan kepada beliau sebelum menonton pentas malam ini. Saya teringat era sebelum reformasi di tanah air jadinya...
Akhirnya setelah cukup lama berdiri, kami pun dipersilakan duduk. Kembali sang narator memberikan prolog cerita sebagai intermezo...kemudian layar pun terkebang! Penonton langsung terpukau oleh tata panggung nan megah di depan mata! Serombongan penari kemudian muncul dengan keanggunannya dari berbagai penjuru panggung. Setting awal adalah suasana penyambutan raja dan permaisuri yang gegap gempita. Raja Siam memang sangat dicintai rakyatnya sehingga mendapat penghormatan yang demikian besarnya. Tak lama kemudian kami dikejutkan dengan kehadiran gajah di antara undakan gang antartempat duduk penonton. Semua pengisi acara tumpah ruah menari dan berinteraksi dengan penonton...sungguh sebuah awal yang sangat menarik hati.
Secara keseluruhan, Siam Niramit mengisahkan tentang sejarah kerajaan Siam hingga akhirnya berdiri negara Thailand yang penduduknya terdiri dari berbagai macam etnis dan latar belakang sosial. Menariknya pertunjukkan ini dapat dikemas sedemikian rupa hingga menjadi tontonan seni tradisional yang sangat elegan dan tidak membosankan. Bayangkan, bagaimana penonton tak dibuat terpukau apabila panggung dapat berubah setting dalam hitungan detik. Dan tak tanggung-tanggung setting yang ditampilkan mempunyai tingkat kesulitan dan artistik yang sangat tinggi. Sebagai ilustrasi, ketika kami tengah dibuai dengan setting istana, tiba-tiba panggung berganti dengan setting pesisir pantai lengkap dengan perahu bercadik melintas di atas 'laut', atau ketika segmen pedesaan, dalam hitungan detik sebuah sungai lengkap dengan perahu sampan yang tengah ditumpangi seorang biksu sudah ada di atas panggung. Tak lama berselang, turun hujan yang mengubah hamparan padi hijau menjadi menguning dan siap dipanen. Belum lagi setting surga yang luar biasa indahnya dilengkapi dengan bidadari melayang-layang di awang-awang. Tak ada kata lain yang terucap kecuali 'Spektakuler'!
Harusnya kita belajar dari Thailand dalam mengemas pariwisata dan budaya Indonesia yang tak kalah indah dan menariknya dari yang mereka miliki. Thailand tak tanggung-tanggung mengeluarkan modal besar demi menunjang sektor pariwisata mereka. Tampilan panggung Siam Niramit yang berteknologi tinggi dan sangat spektakuler tentunya disokong oleh dana yang tak sedikit. Akan tetapi saya yakin sekali hasil yang didapat sebagai devisa negara tak akan pernah berhenti mengalir dari pertunjukan berharga sekitar 700 Bath ini. Mungkin mereka yang seangkatan dengan saya ingat akan pertunjukan tari dan nyayi Swara Mahardhika garapan Guruh Soekarno Putra? Mengapa pemerintah tak mengembangkannya menjadi paket pertunjukan tradisional spektakuler layaknya Siam Niramit? Saya yakin bila digarap dengan sungguh-sungguh dan konsisten, seni budaya kita mempunyai keindahan yang lebih daripada tarian dan budaya Siam.
Usai pertunjukan, kami keluar dengan hati gembira sekaligus miris... Gembira karena terhibur oleh tarian dan tata panggung yang mengagumkan, sementara miris karena kembali melihat kenyataan betapa jauhnya kita tertinggal dari negeri Siam ini!
No comments:
Post a Comment