Jangan menganggap remeh makna di balik sebuah warna! Pernah dengar larangan memakai warna hijau, merah, atau kuning ketika akan berwisata ke Pantai Selatan dan wilayah berbau mistik ratu penguasa bawah laut? Sebagai orang yang merasa sangat percaya pada takdir, saya tak terlalu mengindahkan larangan-larangan serupa, karena toh maut, kelahiran, dan jodoh ada di tangan Tuhan.
Namun bila kita perhatikan, di luar konteks kemistikan, beberapa warna memang dapat mewakili perasaan-perasaan atau menjadi simbol hal-hal tertentu. Sebutlah putih yang mewakili sesuatu yanng suci, bersih, polos, dan segala hal baik. Bagaimana dengan hitam? Tentunya simbol negatif diwakili oleh warna kelam ini. Hitam juga mewakili kepedihan, kematian, keterpurukan perasaan seseorang. Sementara warna kuning mewakili keceriaan, semangat, namun di satu sisi ia dipakai sebagai simbol bendera penanda kematian. Unik memang, namun demikianlah kenyataannya... satu warna dapat mewakili sejuta makna!
Pengalaman bermasalah dengan warna saya dapatkan bersama rombongan ketika berkunjung ke Bangkok baru-baru ini. Ceritanya kami mendapat kaus seragam berwarna merah menyala dari pihak sponsor. Warna merah dipilih karena merupakan simbol produk yang mensponsori kami, selain mungkin juga mewakili semangat para peserta wisata. Namun makna warna penyimbol semangat tersebut menjadi berubah ketika kami menginjakkan kaki di Bangkok. Ternyata warna merah justru menimbulkan masalah besar di negeri Siam tersebut!
Setiap melintasi jalan, pasti ada saja yang memerhatikan kami penuh tatap curiga, bahkan seorang ibu yang berpapasan dengan rombongan ketika keluar dari stasiun MRT dengan spontan menyetop seorang teman saya dan bertanya hendak ke mana kami pergi. Begitu juga ketika kami akan memasuki obyek wisata, para petugas dengan tangkas menyetop rombongan dan bertanya apakah kami ini simpatisan partai demokrat. Untungnya pemandu wisata segera menjelaskan bahwa kami adalah rombongan turis dari Indonesia, sehingga baik si Ibu maupun petugas segera melemparkan senyum mereka. Selidik punya selidik ternyata warna merah telah dilarang keras untuk digunakan di Bangkok belakangan ini. Merah adalah warna yang menjadi simbol partai demokrat pendukung mantan PM Taksin yang belum lama ini dilengserkan. Memang betul, setelah saya perhatikan dengan seksama, tak ada seorang pun yang saya temui di jalan memakai baju atau atribut apa pun berwarna merah. Betapa hebatnya kesetiaan rakyat Thailand kepada raja mereka, sehingga bersinggungan dengan warna merah pun mereka enggan.
Demikianlah kekuatan makna sebuah warna yang telah dapat mengubah wajah sebuah bangsa. Hmm...bagaimana fenomena warna yang mewakili situasi politik bangsa Indonesia belakangan ini? Kira-kira apakah setelah kasus century warna merah dan kuning akan menjauhi si biru? Yang jelas tadi pagi saya baca di surat kabar, si merah kelihatannya memilih bermitra dengan si biru, namun tetap berusaha untuk berada di area abu-abu! Ah...ternyata tidak hanya indah, namun warna-warna juga begitu mempesona dan bergejolak jika dibawa ke ranah-ranah tertentu. Saya jadi teringat lagu Sheila Madjid dan ingin bersenandung, "Oh warna-warna bagai bicara, kuterpesona, kau teristimewa..."