Dulu saya tak pernah bisa memaknai Hari Ibu dengan baik. Saya bahkan bertanya, apa sebenarnya yang harus kita peringati dari sosok seorang ibu. Betul, ibu adalah wanita yang sudah melahirkan kita, tapi perkara membesarkan...toh tidak semua ibu bisa berada di sisi sang anak setiap harinya. Alasan mereka beragam, ada yang karena tuntutan pekerjaan (ini bisa dimaklumi, mengingat kebutuhan hidup semakin mahal), namun ada juga yang karena tuntutan pergaulan (arisan, shopping, clubbing, dsb.) Kalau demikian, apakah tak lebih tepat bila kita memperingati hari pengasuh anak saja?
Pertanyaan-pertanyaan itu ternyata menjadi bumerang sendiri bagi saya ketika pertama kali melahirkan putra saya. Pasca persalinan, adalah titik balik bagi saya untuk menyadari betapa besarnya pengorbananan seorang ibu ketika melahirkan anaknya. Betul, ternyata tidak klise pernyataan yang sering kita dengar bahwa, ketika melahirkan, seorang ibu memeprtaruhkan hidup dan matinya demi sang anak. Itulah yang saya rasakan saat itu, setelah 2,5 jam berkutat dalam ruang persalinan demi berusaha melahirkan anak dengan proses normal. Bukan hanya hampir kehabisan tenaga, pembuluh darah mata pun mengalami peradangan. Satu hal yang ada dalam pikiran saya saat itu adalah Ibu, yang sayangnya tak bisa mendampingi proses persalinan pertama dalam hidup saya sebagai putrinya. Beliau di tanah air, terpisahkan jarak ribuan mil dari Eropa, di mana saya tinggal pada saat itu. Herannya, saya merasa begitu dekat dengan beliau saat itu...di tengah perjuangan tersebut, saya amat merindukan kehadirannya. Tak pelak, begitu si jabang bayi telah selamat datang ke bumi, saya segera menelepon ibu. Air mata dan tangis lebih dahulu keluar daripada seuntaikata yang sudah saya persiapkan sebelumnya. Di tengah tangis itu, saya berulang-ulang kali mengucap, "Ibu, maafkan saya, maafkan saya..."
Ibu saya adalah sosok wanita kuat yang ikut membantu ayah mencari nafkah bagi keluarga besar kami. Beliau melahirkan 6 anak dengan proses normal, beliau bekerja pagi hingga malam di toko kelontongnya di daerah Blok-M, namun sedikitpun beliau tak mengeluh akan semua kelelahan yang diembannya. Kami tumbuh besar lebih banyak bersama tante-tente dan pengsuh di rumah, namun ibu selalu mewajibkan kami untuk mampir ke tokonya barang 30 menit untuk bertemu dan sedikit bercerita mengenai kegiatan di sekolah hari itu. beliau pergi ke toko ketika kami masih tertidur lelap dan baru pulang setelah kami telah tidur lelap pula.
Demikianlah kini saya betul-betul dapat memaknai hari ibu yang sesungguhnya. Bukan hanya sebagai peringatan kongres wanita yang diadakan pada 22 Desember 2008, namun maknanya lebih dalam daripada itu. Maka dari itu, saya ucapkan selamat hari ibu untuk para ibu. Tak ada yang lebih berharga dalam hidup seseorang selain Anda, para ibu!
Tuesday, December 16, 2008
Monday, December 8, 2008
Setelah sebelumnya booming friensdter melanda para cyber, kini perhatian teralih pada facebook. Tak hanya di kalangan cyber ABG namun facebook fever juga menjangkiti golongan mapan, mulai dari para eksekutif muda sampai dengan ibu rumah tangga! Saya pun terkena imbasnya. Tak saya mungkiri, memang FB (demikian banyak orang meringkasnya) adalah sebuah fenomena yang mengasyikkan. Bayangkan kita bisa kembali berhubungan dengan teman-teman semasa taman kanak-kanak dulu yang telah lama hilang kontak dengan kita, sampai dengan mendapatkan teman-teman baru rekomendasi dari teman lama, dsb.
Pernah suatu kali, dalam diskusi di kelas dengan murid-murid, saya menanyakan apa pandangan mereka terhadap dampak FB di masa yang akan datang terhadap hubungan silaturahmi 'langsung' manusia sebagai mahluk sosial. Apakah dengan mudahnya berkontak ria di FB, maka kita akan jadi merasa tak perlu repot-repot bertemu langsung dengan teman-teman, toh kapan pun bisa dilakukan secara mudah lewat dunia maya?
Jawabannya bervariasi, tapi sebagian besar menganggap bahwa FB justru dapat meningkatkan intensitas pertemuan langsung kita dengan teman atau relasi, dibandingkan sebelumnya. FB hanyalah sebagai ajang update informasi dan sekaligus tempat yang paling efektif untuk membuat janji untuk bertemu langsung bahkan secara kolektif.
Memang nyatanya demikian, karena baru-baru ini, acara reunian angkatan sekolah saya yang dulunya sepi, jadi terbilang sukses karena informasi disampaikan tak lagi dari mulut ke mulut, melainkan dari FB ke FB:) Saya jadi terpikir, apakah nanti bila sudah berumur 50 tahun ke atas, saya dan teman-teman masih aktif dan asyik berfacebook? Apa yang akan kami bicarakan nanti di usia senja tersebut? Pastinya foto-foto yang dipasang juga bukan lagi foto diri yang narsis, melainkan foto-foto pernikahan anak dan kelahiran cucu. Lalu pada usia 60 tahun ke atas, informasi yang disebarkan juga pastinya: "Telah meninggal dengan tenang si A, si B, dan si C..."
Memang bisa dibilang FB mungkin akan sangat bermanfaat bagi kita di usia senja nanti, karena dengan kondisi fisik yang sudah terserang segala penyakit dalam dan osteoporosis, kita masih bisa tetap berhubungan tanpa harus keluar rumah. Jadi...apa yang ditunggu lagi, ayo rame-rame kita buat Facebook!
Pernah suatu kali, dalam diskusi di kelas dengan murid-murid, saya menanyakan apa pandangan mereka terhadap dampak FB di masa yang akan datang terhadap hubungan silaturahmi 'langsung' manusia sebagai mahluk sosial. Apakah dengan mudahnya berkontak ria di FB, maka kita akan jadi merasa tak perlu repot-repot bertemu langsung dengan teman-teman, toh kapan pun bisa dilakukan secara mudah lewat dunia maya?
Jawabannya bervariasi, tapi sebagian besar menganggap bahwa FB justru dapat meningkatkan intensitas pertemuan langsung kita dengan teman atau relasi, dibandingkan sebelumnya. FB hanyalah sebagai ajang update informasi dan sekaligus tempat yang paling efektif untuk membuat janji untuk bertemu langsung bahkan secara kolektif.
Memang nyatanya demikian, karena baru-baru ini, acara reunian angkatan sekolah saya yang dulunya sepi, jadi terbilang sukses karena informasi disampaikan tak lagi dari mulut ke mulut, melainkan dari FB ke FB:) Saya jadi terpikir, apakah nanti bila sudah berumur 50 tahun ke atas, saya dan teman-teman masih aktif dan asyik berfacebook? Apa yang akan kami bicarakan nanti di usia senja tersebut? Pastinya foto-foto yang dipasang juga bukan lagi foto diri yang narsis, melainkan foto-foto pernikahan anak dan kelahiran cucu. Lalu pada usia 60 tahun ke atas, informasi yang disebarkan juga pastinya: "Telah meninggal dengan tenang si A, si B, dan si C..."
Memang bisa dibilang FB mungkin akan sangat bermanfaat bagi kita di usia senja nanti, karena dengan kondisi fisik yang sudah terserang segala penyakit dalam dan osteoporosis, kita masih bisa tetap berhubungan tanpa harus keluar rumah. Jadi...apa yang ditunggu lagi, ayo rame-rame kita buat Facebook!
Tuesday, December 2, 2008
Menulis vs Proyek Blog
Budaya menulis memang masih jadi barang ekslusiff bagi anak-anak remaja sekarang. Kebanyakan akan mengatakan bahwa mereka nggak berbakatlah atau susah mencari ide-lah, dsb., apabila diberi tugas untuk menulis. Ini tentunya jadi kendala dalam proses belajar menulis di kelas saya. Akhirnya setelah mencari-cari alternatif untuk menyulut semangat menulis murid-murid, maka ide untuk memberikan sebuah proyek menulis kreatif yang menarik pun muncul di pikiran saya. Berhubung saya juga sedang semangat-semangatnya belajar membuat blog, maka sekalian saja semangat itu saya tularkan pada anak murid.
Walhasil dalam grup kelas 10-12 , sekarang sedang digarap 4 buah blog dengan berbagai tema yang diangkat sesuai dengan ketertarikan bloggernya. Ada yang membuat blog tentang Street Dance, dua orang pencinta musik membuat blog Bengkel Musik Indo, Vane dan Magda yang jago basket membuat blog WDBA yang memuat artikel-artikel tentang tim basket perempuan di sekolah, sementara yang paling unik adalah blog galss-i, yang beranggotakan 3 orang berkaca mata.
Setiap grup akan mempresentasikan blog mereka masing-masing setelah liburan natal nanti. Mereka harus dapat menjelaskan filosofi warna, desain, logo, dan detail-detail lain yang mewarnai blog mereka. Selain itu, masing-masing anggota grup harus menulis (posting) minimal satu tulisan yang sesuai atau mencirikan kekhasan blog mereka. Setiap anak sangat bersemangat dalam proyek ini.
Ternyata, menulis itu memang berat...tapi bila medianya tepat, maka dengan satu sulutan saja, maka akan terlahir ide-ide kreatif yang dapat dituangkan dalam bentuk tulisan. Berarti proyek blog kali bisa dibilang cukup jitu untuk menyulut semangat menulis murid-murid saya. Penasaran rasanya mau melihat blog-blog keren dan unik rancangan mereka, tapi tentunya lebih tidak sabar lagi untuk membaca tulisan mereka di dalamnya. Toy, toy, toy...und viel Erfolg Jungs!
Walhasil dalam grup kelas 10-12 , sekarang sedang digarap 4 buah blog dengan berbagai tema yang diangkat sesuai dengan ketertarikan bloggernya. Ada yang membuat blog tentang Street Dance, dua orang pencinta musik membuat blog Bengkel Musik Indo, Vane dan Magda yang jago basket membuat blog WDBA yang memuat artikel-artikel tentang tim basket perempuan di sekolah, sementara yang paling unik adalah blog galss-i, yang beranggotakan 3 orang berkaca mata.
Setiap grup akan mempresentasikan blog mereka masing-masing setelah liburan natal nanti. Mereka harus dapat menjelaskan filosofi warna, desain, logo, dan detail-detail lain yang mewarnai blog mereka. Selain itu, masing-masing anggota grup harus menulis (posting) minimal satu tulisan yang sesuai atau mencirikan kekhasan blog mereka. Setiap anak sangat bersemangat dalam proyek ini.
Ternyata, menulis itu memang berat...tapi bila medianya tepat, maka dengan satu sulutan saja, maka akan terlahir ide-ide kreatif yang dapat dituangkan dalam bentuk tulisan. Berarti proyek blog kali bisa dibilang cukup jitu untuk menyulut semangat menulis murid-murid saya. Penasaran rasanya mau melihat blog-blog keren dan unik rancangan mereka, tapi tentunya lebih tidak sabar lagi untuk membaca tulisan mereka di dalamnya. Toy, toy, toy...und viel Erfolg Jungs!
Monday, December 1, 2008
I love coffee, I love tea
Ada lagi satu hal yang enak untuk dinikmati sembari minum kopi...mendengar musik! Tahun lalu saya kedapatan satu grup kelas yang anggota-anggotanya menyimpan bakat besar dalam bidang seni. Mereka bermain teater dengan baik, membaca puisi dengan penjiwaan yang pas, dan selain itu yang paling asik adalah, mereka jago sekali bernyanyi ala acapela.
Biasanya dulu - sekarang 3 orang di antaranya sudah lulus- mereka sering saya minta menyanyi dulu sebelum atau sesudah memulai pelajaran. Bukannya apa-apa, kerena jam Indonesia mereka selalu dijadualkan di siang hari dan 3 jam berturut-turut. Tentunya kegiatan nyanyi acapela itu membuat suasana siang menjadi lebih fresh dan dapat menyulut mood mereka untuk belajar.
Salah satu lagu favorit yang mereka persembahkan untuk saya adalah; Coffe and Tea (saya tidak tahu judul persisnya), yang menurut mereka sangat pas dengan hobi saya minum kopi dan hobi mereka minum teh. Klop kalau begitu!! Mau dengar? Silakan disimak videonya, tentunya paling enak sambil minum kopi... atau teh bila Anda suka:)
Biasanya dulu - sekarang 3 orang di antaranya sudah lulus- mereka sering saya minta menyanyi dulu sebelum atau sesudah memulai pelajaran. Bukannya apa-apa, kerena jam Indonesia mereka selalu dijadualkan di siang hari dan 3 jam berturut-turut. Tentunya kegiatan nyanyi acapela itu membuat suasana siang menjadi lebih fresh dan dapat menyulut mood mereka untuk belajar.
Salah satu lagu favorit yang mereka persembahkan untuk saya adalah; Coffe and Tea (saya tidak tahu judul persisnya), yang menurut mereka sangat pas dengan hobi saya minum kopi dan hobi mereka minum teh. Klop kalau begitu!! Mau dengar? Silakan disimak videonya, tentunya paling enak sambil minum kopi... atau teh bila Anda suka:)
Thursday, November 27, 2008
Ajal
Doa untuk kawan kami, alm. Koko yang wafat 27 November 2008, di Solo, dalam sakitnya.
Innalillahi wainnalillahi rojiun,
Sebaris doa singkat yang sangat sakral itu membuat bulu kuduk berdiri setiap kali mendengar atau mengucapkannya. "Segala sesuatu berasal dari Allah dan kepada-Nya pula akan kembali", demikian makna yang tersirat di dalamnya.
Ajal, adalah batas yang diberikan Allah bagi kita untuk mengakhiri segala urusan dengan dunia fana ini. Tak kenal usia, status ekonomi dan sosial, ras dan suku bangsa, bila tiba perintah Sang Khalik pada malaikat pencabut nyawa, maka putuslah sudah segala urusan seorang mahluk dengan bumi yang dipijaknya.
Subhanallah, Maha Suci Allah Tuhan semesta alam ini, ampunilah kami, dosa kami, kekhilafan kami, kesombongan kami, keriyaan tindak-tanduk kami, dan kealpaan kami selama menghuni alam fana kepunyaanMu ini, ya Allah. Tak pernah kami berpikir bahwa ajal dapat menjemput hanya dalam sepetikan jari, bila memang Kau telah berkehendak atas kami. Maka izinkanlah kami untuk bertobat ya Allah, berilah kami kesempatan untuk memperbaiki kekhilafan-kekhilafan kami, bantulah kami untuk menjalankan perintahMu dan menjauhi laranganMu, karena azabMu sangatlah berat terhadap setiap yang tak mengindahkan laranganMu.
Hari ini ya Allah, seorang atau mungkin lebih dari kami telah kau selesaikan urusannya di bumiMu ini. Maka ya Allah, ampunilah mereka, kasihanilah mereka, berilah mereka tempat yang terbaik di sisiMu. Sementara itu ya Allah, berikanlah hidayah dan petunjuk bagi kami yang masih kau beri kesempatan menempati bumiMu ini, untuk bertobat dan berbuat kebajikan, sebelum ajal menjemput kami.
Innalillahi, wainnailaihi raajiun...
Hanya pada Allah kami kembali maka izinkanlah kami kembali dalam keaadaan suci, sesuci ketika kami Kau lahirkan dari rahim ibu kami, atas kehendakMu. Amin ya rabbal alamin.
Innalillahi wainnalillahi rojiun,
Sebaris doa singkat yang sangat sakral itu membuat bulu kuduk berdiri setiap kali mendengar atau mengucapkannya. "Segala sesuatu berasal dari Allah dan kepada-Nya pula akan kembali", demikian makna yang tersirat di dalamnya.
Ajal, adalah batas yang diberikan Allah bagi kita untuk mengakhiri segala urusan dengan dunia fana ini. Tak kenal usia, status ekonomi dan sosial, ras dan suku bangsa, bila tiba perintah Sang Khalik pada malaikat pencabut nyawa, maka putuslah sudah segala urusan seorang mahluk dengan bumi yang dipijaknya.
Subhanallah, Maha Suci Allah Tuhan semesta alam ini, ampunilah kami, dosa kami, kekhilafan kami, kesombongan kami, keriyaan tindak-tanduk kami, dan kealpaan kami selama menghuni alam fana kepunyaanMu ini, ya Allah. Tak pernah kami berpikir bahwa ajal dapat menjemput hanya dalam sepetikan jari, bila memang Kau telah berkehendak atas kami. Maka izinkanlah kami untuk bertobat ya Allah, berilah kami kesempatan untuk memperbaiki kekhilafan-kekhilafan kami, bantulah kami untuk menjalankan perintahMu dan menjauhi laranganMu, karena azabMu sangatlah berat terhadap setiap yang tak mengindahkan laranganMu.
Hari ini ya Allah, seorang atau mungkin lebih dari kami telah kau selesaikan urusannya di bumiMu ini. Maka ya Allah, ampunilah mereka, kasihanilah mereka, berilah mereka tempat yang terbaik di sisiMu. Sementara itu ya Allah, berikanlah hidayah dan petunjuk bagi kami yang masih kau beri kesempatan menempati bumiMu ini, untuk bertobat dan berbuat kebajikan, sebelum ajal menjemput kami.
Innalillahi, wainnailaihi raajiun...
Hanya pada Allah kami kembali maka izinkanlah kami kembali dalam keaadaan suci, sesuci ketika kami Kau lahirkan dari rahim ibu kami, atas kehendakMu. Amin ya rabbal alamin.
Thursday, November 20, 2008
Tari Kecak
Catatan dari Kulturfsetival (Festival Budaya) 2008, DIS Jakarta
"Cak!"...."Cak cak cak cak...Ong ong ong, eyae yaoo, ong ong....eyaee yao, ong...ong..." ...."Cak!"
semua yang tergabung dalam grup tari kecak pada saat pembukaan Kulturfest 2008 April lau sangat bersemangat meneriakkan jargon2 di atas, selesai mendapat applaus meriah dari penonton yang memadati aula di sekolah. Sampai sekarang rasanya masih terngiang-ngiang suara kompak murid-murid saya dan kegembiraan yang luar biasa pada saat itu.
Tari kecak adalah salah satu tarian yang dibawakan dalam sebuah pertunjukan teater dan tarian "Bunga Rampai Nusantara" dalam even seni 2 tahunan antar sekolah internasional Jerman se Asia-Pasifik tersebut. Saya sangat senang menyaksikan semangat murid2 mengusung budaya Indonesia dengan bangganya dalam acara bergengsi (setidaknya di lingkungan kami) itu.
Ada cerita mengesankan di balik pertunjukan itu. Sebenarnya Bunga Rampai Nusantara adalah proyek dadakan yang saya persiapkan untuk mewakili sekolah kami, yang sampai H-2 minggu belum punya sesuatu untuk ditampilakan di Kulturfest 2008. Bayangkan, apa jadinya...padahal kami tuan rumah. Sebuah tindakan penyelamatan segera saya dan murid2 lakukan untuk sekolah kami. Dan simsalabim dalam 2 minggu kami berhasil dengan kerja keras tentunya, menyuguhkan sebuah pertunjukan seni berkualitas di acara pembukaan. Bahkan sekolah kami menjadi peoples' choice sebagai pertunjukan terbaik pertama, dan diulang kembali pada malam penutupan.
Tentunya ini prestasi buat semua yang terlibat di dalamnya. Tanpa kerja keras dan team work yang kuat tentunya tidak akan ada suguhan seindah itu. Berbagai komentar positif datang dari kolega guru2 Jerman dan peserta tamu pada saya. Terima kasih tim Bunga Rampai Nusantara, ihr seid die Beste! Special thanks to Ita yang sudah mampu menterjemahkan ide2 kami dalam sebuah koreografi apik dan sangat simpel. Bukankah selalu ada keindahan di balik kesederhanaan? Coba lihat tari kecak kami yang meskipun sederhana tapi tetap menyimpan keindahan yang magis ini. Pasti Anda akan berdecak kagum, atau malah ikut berteriak "Cak!".
"Cak!"...."Cak cak cak cak...Ong ong ong, eyae yaoo, ong ong....eyaee yao, ong...ong..." ...."Cak!"
semua yang tergabung dalam grup tari kecak pada saat pembukaan Kulturfest 2008 April lau sangat bersemangat meneriakkan jargon2 di atas, selesai mendapat applaus meriah dari penonton yang memadati aula di sekolah. Sampai sekarang rasanya masih terngiang-ngiang suara kompak murid-murid saya dan kegembiraan yang luar biasa pada saat itu.
Tari kecak adalah salah satu tarian yang dibawakan dalam sebuah pertunjukan teater dan tarian "Bunga Rampai Nusantara" dalam even seni 2 tahunan antar sekolah internasional Jerman se Asia-Pasifik tersebut. Saya sangat senang menyaksikan semangat murid2 mengusung budaya Indonesia dengan bangganya dalam acara bergengsi (setidaknya di lingkungan kami) itu.
Ada cerita mengesankan di balik pertunjukan itu. Sebenarnya Bunga Rampai Nusantara adalah proyek dadakan yang saya persiapkan untuk mewakili sekolah kami, yang sampai H-2 minggu belum punya sesuatu untuk ditampilakan di Kulturfest 2008. Bayangkan, apa jadinya...padahal kami tuan rumah. Sebuah tindakan penyelamatan segera saya dan murid2 lakukan untuk sekolah kami. Dan simsalabim dalam 2 minggu kami berhasil dengan kerja keras tentunya, menyuguhkan sebuah pertunjukan seni berkualitas di acara pembukaan. Bahkan sekolah kami menjadi peoples' choice sebagai pertunjukan terbaik pertama, dan diulang kembali pada malam penutupan.
Tentunya ini prestasi buat semua yang terlibat di dalamnya. Tanpa kerja keras dan team work yang kuat tentunya tidak akan ada suguhan seindah itu. Berbagai komentar positif datang dari kolega guru2 Jerman dan peserta tamu pada saya. Terima kasih tim Bunga Rampai Nusantara, ihr seid die Beste! Special thanks to Ita yang sudah mampu menterjemahkan ide2 kami dalam sebuah koreografi apik dan sangat simpel. Bukankah selalu ada keindahan di balik kesederhanaan? Coba lihat tari kecak kami yang meskipun sederhana tapi tetap menyimpan keindahan yang magis ini. Pasti Anda akan berdecak kagum, atau malah ikut berteriak "Cak!".
Coca Cola Liga Pertama Rizki
Sabtu lusa, 22 November 2008, adalah hari besar dan sangat ditunggu-tunggu si Abang. Tengku Rizki Zulkarnain, putra sulung saya, akan main dalam pertandingan sepak bola pertama kali dalam hidupnya (dia baru 7 tahun September lalu). Dan tak sembarangan, pertandingannya sangat bergengsi di seantero sekolah-sekolah di Jakarta ini: Coca Cola Liga!
Persiapan yang dilakukan si Abang juga tidak ringan. Setiap Senin, dia latihan bola selama 3 jam mulai jam 12.00-15.00 dengan pelatih klub bola sekolah, Sir Gonzales dan Herr Curdts. Belum lagi latihan fisik lain dari papanya yang gak kalah semangat sama jagoan kecilnya: Berenang 20 kali bolak-balik di kolam kecil di rumah. Kalau dihitung-hitung sekali latihan maka dia berenang sepanjang 100m!! "Super, Rizki!", "Prima Rizki!", atau "Bravo Abang!" kata-kata sederhana penuh semangat tersebut selalu kami lontarkan untuk membakar semangatnya berlatih. Belum lagi latihan tae kwon do setiap Selasa selama hampir 2 jam, semakin membuat tubuhnya yang mungil itu lama-lama membentuk six pax.
Setiap akan tidur Abang dan Adiknya selalu menghitung hari, dan paginya dia akan menyebutkan tinggal berapa kali tidur lagi, ia akan bertanding di Coca Cola Liga. Saya dan suami bangga sekali akan semangat yang ditunjukkannya. Mudah-mudahan Rizki sehat dan bisa tampil prima Sabtu ini. Mohon doanya ya...
Rayhan dan Zaina
Anak bungsu sudah menunjukkan bakatnya sebagai pria penyayang dan setia. Di usia 5 tahun, dia sudah membidik hati seorang teman perempuan sekelasnya, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk jadi teman dekat (dalam persepsi anak tentunya). Lucunya, hingga sekarang, hubungan mereka masih berlangsung baik bahkan semakin akrab.
Teman baiknya itu, Zaina, adalah seorang anak perempuan yang sangat lincah. Tak sungkan-sungkan dia meniyakan kalau orang bertanya apa kamu pacar Rayhan? Tapi jawabannya sangat diplomatis loh, dia bilang begini, "Rayhan yang mau pacaran..." sambil mesem-mesem. Sementara Rayhan, sudah ngomong sana-sini kalau dia akan menikahi Zaina setelah mereka besar nanti.
Lucunya lagi, baik Zaina maupun Rayhan, sangat posesif satu sama lain. Keduanya akan ngambek kalau salah satu dari mereka tiba-tiba asik main dengan yang lain sampai lupa untuk mengajak ikutan main. Sebagai orangtua tentunya kami tidak terlalu menanggapi serius perkataan mereka. Biarlah nanti mereka akan semakin besar dan tahu apa arti pertemanan yang mereka lakoni sekarang ini.
Kembali ke Rayhan, yang sangat setia pada temannya itu. Saking setianya, sampai-sampai ketika kami sibuk mencarikan dia baju lebaran, eh yang bersangkutan malah sibuk mencari baju untuk Zaina. Belum lagi, kalau saya tengah mencari pernak-pernik kecil untuk keperluan sekolahnya, pasti Rayhan tak pernah lupa untuk mencari sesuatu untuk Zaina.
Sampai saat ini Rayhan dan Zaina adalah sahabat dekat. Syukurnya sekarang mereka juga mulai bermain dengan anak baru bernama Leon. Tadinya Rayhan agak risau takut Zaina akan melupakan dia, tapi karena Leon anak baik, maka mereka bertiga dapat bermain dengan akur. Entah apa yang ada dalam pikiran anakku itu, yang jelas sampai detik ini dia masih dengan pedenya bilang pada saya dan suami bahwa ia akan menikah dengan Zaina nanti, dan papa-mama pasti akan diundang!
Wednesday, November 19, 2008
George
"Nama George, George!" ujar George terbata-bata dengan bahasa Indonesianya yang sangat minim, bahkan pas-pasan. Seisi kelas langsung 'grrr'!!! Apalagi remaja 13 tahun itu tak menampakkan air muka malu. Dia pede saja melanjutkan perkenalan siang itu. Peristiwa itu terjadi hampir setahun yang lalu, saat George pertama kali memutuskan untuk bergabung dengan kelas bahasa Indonesia bu Suse (begitu murid-murid menyebutnya).
"Nama saya George Michelsen," kembali George dengan mantap memperkenalkan diri enam bulan yang lalu, dalam presentasinya tentang buku yang telah dibacanya sampai selesai (meski dengan susah payah). Teman-temannya memberikan tepuk tangan atas keberhasilan George berpresentasi. Sementara di pojok kelas, saya terdiam haru menyaksikan hal itu.
"Ibu...cape deh!!!" kata George baru-baru ini. Saya terkejut mengikuti perkembangan bahasa Indonesianya. George selalu mengupdate istilah-istilah yang sedang in, meskipun tetap mempertahankannya ketika orang-orang sudah beralih ke istilah lain yang lebih gaul lagi. Makanya tak heran kalau istilah-istilah 'kasian deh lu...' atau 'sumpeh lu', dan yang lebih ekstrim tapi sangat jadul 'buset!!' masih sangat sering dipakai anak itu.
Kali ini saya mengurut dada, namun tak berusaha melarangnya menggunakan istilah2 itu. Saya hanya berusaha mengarahkan saja agar penggunaannya tepat baik dari segi waktu maupun lawan bicara. Bahkan saya ajarkan anak itu gerakan-gerakan yang mengikuti istilah cape deh atau kasian deh lu, supaya lebih pas. George mengangguk-angguk, "Oke Ibu, siip. Terima kasih!!!" sambil meletakkan tangan kanannya di atas pelipis mata kanan, sesuai petunjuk saya.
"Nama saya George Michelsen," kembali George dengan mantap memperkenalkan diri enam bulan yang lalu, dalam presentasinya tentang buku yang telah dibacanya sampai selesai (meski dengan susah payah). Teman-temannya memberikan tepuk tangan atas keberhasilan George berpresentasi. Sementara di pojok kelas, saya terdiam haru menyaksikan hal itu.
"Ibu...cape deh!!!" kata George baru-baru ini. Saya terkejut mengikuti perkembangan bahasa Indonesianya. George selalu mengupdate istilah-istilah yang sedang in, meskipun tetap mempertahankannya ketika orang-orang sudah beralih ke istilah lain yang lebih gaul lagi. Makanya tak heran kalau istilah-istilah 'kasian deh lu...' atau 'sumpeh lu', dan yang lebih ekstrim tapi sangat jadul 'buset!!' masih sangat sering dipakai anak itu.
Kali ini saya mengurut dada, namun tak berusaha melarangnya menggunakan istilah2 itu. Saya hanya berusaha mengarahkan saja agar penggunaannya tepat baik dari segi waktu maupun lawan bicara. Bahkan saya ajarkan anak itu gerakan-gerakan yang mengikuti istilah cape deh atau kasian deh lu, supaya lebih pas. George mengangguk-angguk, "Oke Ibu, siip. Terima kasih!!!" sambil meletakkan tangan kanannya di atas pelipis mata kanan, sesuai petunjuk saya.
Tenyata Nggak Gampang Jadi Penyiar
Catatan Aktivitas Kelas 8-9
Rabu, 19. Nov 2008, semua murid kelas 8-9 (ada 17 anak) yang mengambil kelas Indonesia sebagai Penutur Asli, sibuk komat-kamit sendiri di lorong depan kelas. Mereka sedang latihan membaca berita sambil menunggu giliran masuk 'studio' Bu Suse. Setiap anak nervous berat, meskipun sudah 2 kali pertemuan mereka latihan di kelas. Hari itu adalah show time, dan pakai acara direkam dengan video.
Satu-satu masuk studio kelas, dan mulai action. Sudah kebayang kan bagaimana serunya suasana di dalam studio dadakan itu??? "Oke, siap...action!" Saya memberi aba2 pada mereka. Ada yang berhasil hanya 1 kali take, ada yang 3 kali, dan rekornya ada yang samapai 9 kali ulang! Walhasil waktu 1,5 jam berlangsung begitu cepat meskipun dipenuhio ketegangan yang seru! Semua tampak lega selesai 'siaran'. "Phuuh...ternyata nggak gampang ya Bu jadi penyiar!" demikian komentar mereka serempak.
Malamnya, saya asik mengedit rekaman siaran anak-anak, diselingi derai tawa dan keharuan yang dalam. Subhanallah...ternyata dari 17 anak tersebut ada 5 orang yang punya potensi jadi penyiar. Siapa tahu, kita lihat beberapa tahun ke depan!
Rabu, 19. Nov 2008, semua murid kelas 8-9 (ada 17 anak) yang mengambil kelas Indonesia sebagai Penutur Asli, sibuk komat-kamit sendiri di lorong depan kelas. Mereka sedang latihan membaca berita sambil menunggu giliran masuk 'studio' Bu Suse. Setiap anak nervous berat, meskipun sudah 2 kali pertemuan mereka latihan di kelas. Hari itu adalah show time, dan pakai acara direkam dengan video.
Satu-satu masuk studio kelas, dan mulai action. Sudah kebayang kan bagaimana serunya suasana di dalam studio dadakan itu??? "Oke, siap...action!" Saya memberi aba2 pada mereka. Ada yang berhasil hanya 1 kali take, ada yang 3 kali, dan rekornya ada yang samapai 9 kali ulang! Walhasil waktu 1,5 jam berlangsung begitu cepat meskipun dipenuhio ketegangan yang seru! Semua tampak lega selesai 'siaran'. "Phuuh...ternyata nggak gampang ya Bu jadi penyiar!" demikian komentar mereka serempak.
Malamnya, saya asik mengedit rekaman siaran anak-anak, diselingi derai tawa dan keharuan yang dalam. Subhanallah...ternyata dari 17 anak tersebut ada 5 orang yang punya potensi jadi penyiar. Siapa tahu, kita lihat beberapa tahun ke depan!
Subscribe to:
Posts (Atom)