Tuesday, December 16, 2008

Selamat hari Ibu Para Ibu

Dulu saya tak pernah bisa memaknai Hari Ibu dengan baik. Saya bahkan bertanya, apa sebenarnya yang harus kita peringati dari sosok seorang ibu. Betul, ibu adalah wanita yang sudah melahirkan kita, tapi perkara membesarkan...toh tidak semua ibu bisa berada di sisi sang anak setiap harinya. Alasan mereka beragam, ada yang karena tuntutan pekerjaan (ini bisa dimaklumi, mengingat kebutuhan hidup semakin mahal), namun ada juga yang karena tuntutan pergaulan (arisan, shopping, clubbing, dsb.) Kalau demikian, apakah tak lebih tepat bila kita memperingati hari pengasuh anak saja?

Pertanyaan-pertanyaan itu ternyata menjadi bumerang sendiri bagi saya ketika pertama kali melahirkan putra saya. Pasca persalinan, adalah titik balik bagi saya untuk menyadari betapa besarnya pengorbananan seorang ibu ketika melahirkan anaknya. Betul, ternyata tidak klise pernyataan yang sering kita dengar bahwa, ketika melahirkan, seorang ibu memeprtaruhkan hidup dan matinya demi sang anak. Itulah yang saya rasakan saat itu, setelah 2,5 jam berkutat dalam ruang persalinan demi berusaha melahirkan anak dengan proses normal. Bukan hanya hampir kehabisan tenaga, pembuluh darah mata pun mengalami peradangan. Satu hal yang ada dalam pikiran saya saat itu adalah Ibu, yang sayangnya tak bisa mendampingi proses persalinan pertama dalam hidup saya sebagai putrinya. Beliau di tanah air, terpisahkan jarak ribuan mil dari Eropa, di mana saya tinggal pada saat itu. Herannya, saya merasa begitu dekat dengan beliau saat itu...di tengah perjuangan tersebut, saya amat merindukan kehadirannya. Tak pelak, begitu si jabang bayi telah selamat datang ke bumi, saya segera menelepon ibu. Air mata dan tangis lebih dahulu keluar daripada seuntaikata yang sudah saya persiapkan sebelumnya. Di tengah tangis itu, saya berulang-ulang kali mengucap, "Ibu, maafkan saya, maafkan saya..."

Ibu saya adalah sosok wanita kuat yang ikut membantu ayah mencari nafkah bagi keluarga besar kami. Beliau melahirkan 6 anak dengan proses normal, beliau bekerja pagi hingga malam di toko kelontongnya di daerah Blok-M, namun sedikitpun beliau tak mengeluh akan semua kelelahan yang diembannya. Kami tumbuh besar lebih banyak bersama tante-tente dan pengsuh di rumah, namun ibu selalu mewajibkan kami untuk mampir ke tokonya barang 30 menit untuk bertemu dan sedikit bercerita mengenai kegiatan di sekolah hari itu. beliau pergi ke toko ketika kami masih tertidur lelap dan baru pulang setelah kami telah tidur lelap pula.

Demikianlah kini saya betul-betul dapat memaknai hari ibu yang sesungguhnya. Bukan hanya sebagai peringatan kongres wanita yang diadakan pada 22 Desember 2008, namun maknanya lebih dalam daripada itu. Maka dari itu, saya ucapkan selamat hari ibu untuk para ibu. Tak ada yang lebih berharga dalam hidup seseorang selain Anda, para ibu!

No comments: