Wednesday, December 23, 2009
The Amazing Ita
"Tu, wa, ga, pat, and five, and six, and seven, and eight, one more time!"
"Bu Suse, Bu Ula, hati-hati...jangan dipaksain ya kalau gak kuat!"
"Santi, ayo gerak, jalan di tempat aja kalau gak bisa lompat!"
Teriakan lantang seiring irama hentakan musik tersebut selalu diteriakkan oleh seorang pelatih senam berperawakan tinggi besar, bernama Ita. Saya tak tahu persis siapa nama lengkapnya, yang jelas saya selalu memanggilnya 'Ita' dan dia memanggil saya Bu suse atau 'Nek (bahasa gaul yang sering jadi padanan sebutan B0'). Pribadinya yang menyenangkan, kehandalannya dalam melatih, perhatiannya yang tulus, dan sifat ringan tangannya membuat saya dan teman-teman betah berlatih senam di bawah instruksinya. Padahal apabila pertama kali melihat wajahnya yang sangar dan tubuh besarnya, orang pasti enggan untuk memulai percakapan dengan perempuan hebat yang satu ini.
Ita adalah perempuan hebat! Dia sangat profesional dan konsisten dalam menjalankan profesinya sebagai instruktur senam. Sekarang ini di usia kehamilan ketiganya yang memasuki bulan ketiga, Ita masih dengan sangat enerjik melatih kami. Lompatan dan gerakan tubuhnya tak berkurang lincahnya pada saat ia tengah berbadan dua seperti sekarang. Kami sampai ketakutan kalau-kalau terjadi sesuatu yang tak diinginkan terhadap bayi di kandungannya.
"Tenang Nek, dulu juga waktu hamil Ino, gue masih ngajar senam ampe 9 bulan!" demikian jelasnya riang ketika saya mengingatkan dia untuk berhati-hati.
"Gile lu Ta, bener nih...kalau mau istrirahat, gak pa-pa kok.."
Ita tertawa meringis, "Ne' entar gue kagak punya duit buat ngelahirin kalu nggak ngajar..." jawabnya masih dengan keriangan yang sama.
Saya tertegun mendengar jawaban sederhana namun sangat mendasar dari mulut Ita. Luar biasa wanita yang satu ini. Dedikasi dan tanggung jawabnya terhadap keluarga sangat besar. Meskipun hidup keras dan mengandalkan keahlian fisiknya, Ita tak pernah mengeluh dan berakting seolah-olah ia kesusahan. ia betul-betul memiliki kepribadian kuat dan sangat positif.
Hal lain yang sangat saya kagumi dari Ita adalah tanggung jawabnya yang sangat besar terhadap profesi yang digelutinya. Saya pernah menggali ceritanya mengenai awal mula ia terjun ke dunia senam. Ceritanya sangat inspiratif dan semakin membuat saya kagum akan sosoknya.
Begini kisahnya..
Selepas lulus dari SMK jurusan pembukuan, Ita bekerja pada sebuah sekolah. Kondisi orangtua yang tak mampu membiayai lebih lanjut pendidikannya, memacu Ita untuk bekerja sebaik mungkin supaya bisa membantu membiayai adik lelakinya yang diharapkan nanti akan bisa berkuliah. Pada saat yang bersamaan Ita menjalin kasih dengan adik kelasnya di SMA dulu, dan mereka pun memutuskan menikah muda. Pernikahnannya tersebut menjadikan Ita sebagi seorang muallaf. Pada awalnya keluarga menentang, namun akhirnya dapat menerima keputusannya untuk menjadi seorang muslimah. Hubungan Ita dengan keluarganya pun tetap baik hingga sekarang.
Semasa sekolah dulu, rupanya Ita sudah mulai senang mengikuti latihan aerobik. Ia memang rupanya berbakat di bidang itu, sehingga guru senamnya waktu itu menyarankannya untuk mulai mengikuti kompetisi-kompetisi aerobik. Beberapa penghargaan pernah diraihnya dan ia mulai mendapat kepercayaan untuk menggantikan beberapa instruktur bila tengah berhalangan. Ita sangat berkomitmen pada bidang yang digelutinya tersebut, terlebih setelah banyak yang merasa cocok berlatih di bawah instruksinya. Akhirnya ia memutuskan untuk betul-betul menekuni profesi instruktur senam. Langkah pertama yang diambilnya adalah belajar lebih dalam dan serius dasar-dasar senam dan turunan-turunannya.
"Gue nggak mau ngajar asal-asalan Nek, pokoknya harus betul-betul bisa ngajar, itu prinsip gue!" demikian ujarnya sungguh-sungguh.
Berbekal tabungan selama ia bekerja di sekolah dan tambahan modal dari orangtuanya, Ita mengambil kursus intensif paket senam (Kalau tidak salah aeobik, body shape, pilates, dll) selama 6 bulan, dengan biaya yang cukup tinggi. Setelah selesai dan mengantungi sertifikat, ia mulai melamar ke beberapa institusi untuk menjadi instruktur senam. Demikian seterusnya, sambil mengajar ia terus menambah ilmunya, hingga sekarang hampir seluruh jenis senam telah ia kuasai dengan sangat baik. Tak hanya itu, Ita juga mempelajari bagaimana menangani cedera otot sebagai tindakan P3K terhadap muridnya bila terjadi cedera.
Saya selalu kagum pada wanita ini. Ia tak pernah mengeluh meskipun tenaganya habis terkuras untuk berkerja, mengurus anak, dan orangtuanya. Pagi hari setelah mengantar anak sekolah, Ita mengajar di sebuah kantor, siang menjemput anaknya, sore mengajar di tempat kami, dan malam menjadi instruktur di sebuah sport center. Hebatnya, tak pernah sekalipun ia mengeluh! Ita selalu tampil dengan keceriaannya, kebanyolannya, keenerjikannya, dan ketegarannya. What an amazing woman she is. Semoga Allah senantiasa memberikannya kekuatan, kesehatan, dan kebahagiaan di sepanjang hidupnya. I'm so proud of you Ita, because you are so amazing!
Saturday, December 19, 2009
My Personal Taste
Beauty behind the simplicity...I love that term because it makes me feel extraordinary simple, warm, and classy. I apply it in many ways; fashion, food, friends and home design.
These views will represent my personal simple thought and touch of beauty through our home interior design...enjoy them with a cup of coffee (black or with a little sugar n milk) and will be more delightful with a simple music as a back ground ;-)
These views will represent my personal simple thought and touch of beauty through our home interior design...enjoy them with a cup of coffee (black or with a little sugar n milk) and will be more delightful with a simple music as a back ground ;-)
"Beauty Behind the Simplicity"
Living Room connected with a little 'black n white' pool
Our joined kitchen and dining room (heart of the house)
My husband designed this unique coconut wood dining table (center of our life)
My husband designed this unique coconut wood dining table (center of our life)
back yard terrace with a green garden
So if you ask me whether this house is our dreaming house, then I will answer: yes because it's just simple, beautiful, homy and makes us feel so much in love each day.
Master Bedroom Children Bedroom
So if you ask me whether this house is our dreaming house, then I will answer: yes because it's just simple, beautiful, homy and makes us feel so much in love each day.
Friday, December 18, 2009
Tight Money Policy
Repotnya liburan dalam keterbatasan finansial ya begini....ibu dan bapak jadi sibuk cari ide2 kreatif yang bisa membuat bocah-bocah kecil di rumah tetap gembira! Ternyata bukan cuma saya yang mengalami, tapi beberapa teman juga berkeluh-kesah tentang hal yang sama: tight money policy in the unlimited holiday time...bingung kan!
Tight money policy memang sangat menyebalkan, karena kondisi itu bukannya diciptakan namun terjadi secara alamiah bagi para karyawan yang menggantungkan hidupnya hanya dari gaji bulanan, seperti saya dan suami. Sebenarnya sih kami bisa saja berlibur, tapi memang harus betul-betul diatur dengan baik dan bijaksana, kalau tidak mau babak belur sesudah bersenang-senang. Jangan sampai pepatah lama kita putar balikkan menjadi "bersenang-senang dahulu, bersakit-sakit kemudian!"
Untungnya, anak-anak kami sudah mulai bisa diajak berdiskusi dan mau mendengar nasehat orangtuanya yang selalu berusaha mencari pemecahan terbaik bagi liburan mereka. Sebenarnya kami wajib bersyukur karena kedua putra kami termasuk anak-anak yang tak terlalu banyak menuntut. Padahal kalau mau mengikuti kalender sekolah mereka yang 6 bulan berisis liburan melulu, pastinya kami akan babak belur sejadi-jadinya bila bocah-bocah itu merengek untuk berlibur. Terus terang bagi kami, bukan di waktu masalahnya, namun di sisi keuangan bebannya! Jadi kami harus mencari solusi untuk bisa memberikan liburan murah namun tetap menarik dan menyenangkan bagi mereka!
Dari pengalaman-pengalaman 4 tahun terakhir ini, ternyata liburan murah, ya jatuhnya tetap menguras kocek juga...meskipun tak sampai babak-belur. Berarti yang salah adalah kegiatannya, jadi betul-betul harus putar otak sepandai mungkin untuk menyiasati pengeluaran budget kegiatan. Akhirnya saya dan suami pun mencoba mengeksplorasi setiap sudut rumah untuk dijadikan sarana rekreasi liburan anak2. Walhasil, piknik di halaman rumah menjadi salah satu kegiatan yang paling digemari anak-anak. Main air di bak juga tak kalah serunya (meskipun tagihan PAM lumayan melonjak). Mengundang teman-teman untuk main ke rumah juga jadi sangat menyenangkan, apalagi bila ditingkahi dengan lomba makan kerupuk! Pokoknya jangan pernah kehabisan akal untuk menciptakan kegembiraan sederhana bagi buah hati kita, itulah prinsip dasar tight money policy!
Nah, sekarang pun kami menghadapi 3 minggu liburan Natal, jadi saatnya untuk menggelar kegembiraan di dalam rumah. Satu rencana yang sudah saya persiapkan adalah: berkemah di halaman belakang rumah lengkap dengan api unggun, jagung bakar, dan permainan monopoli! wah, membayangkannya saja sudah seru, apalagi menjalaninya nanti. Parents you may try this at home with your kids karena murah, meriah, strategis, dan cocok untuk kondisi tight money policy!
Thursday, December 17, 2009
Home Sweet Home
Rumah yang damai akan memberikan keteduhan dan kedamaian bagi penghuninya. Insyaallah hal itu sudah kami rasakan saat ini. Subhanallah, perjuangan untuk membangun rumah bagi keluarga kecil kami akhirnya dapat diwujudkan dengan rahmat dan kehendakNya. Kini, kedamaian itu telah kami temukan di dalam rumah sederhana kami ini.
Bangga dan kerasan, demikian yang selalu saya rasakan setiap kali berada di dalam tiap sisi rumah kami. Keindahan di balik kesederhanaan rasanya tepat saya gunakan untuk menggambarkan kondisi rumah hasil rancangan suami tercinta. rumah ini dibangunnya atas dasar pengalaman hidup di negeri orang. Obsesi mempunyai rumah yang homy dan fungsional betul-betul telah berhasil diwujudkannya bagi kami, keluarga tercinta.
Rasanya ada baiknya saya mengajak Anda menengok ke belakang, pada saat kami akan membangun rumah ini. Awalnya kami bingung memutuskan untuk membeli rumah di kawasan BSD ini, pada tahun 2006. Harga rumah setinggi langit berbanding terbalik dengan besar dan luas tanahnya. Akhirnya kami putuskan untuk membeli kavling dan menggarap sendiri pembangunan rumah idaman kami. Kavling terbeli, namun uang untuk membangun tak ada. Setelah berusaha mencari pinjaman bank, ternyata tak ada jenis kredit untuk konstruksi dari nol. Akhirnya kami putuskan untuk menjual kavling tersebut dan berapun hasilnya nanti akan kami jadikan uang DP untuk membeli rumah jadi saja.
Entah mengapa, tanah kami tak dilirik orang selama 1 tahun! Mungkin karena letaknya yang berhadapan langsung dengan pemakaman kampung tetangga, menyebabkan orang takut untuk membelinya. Hal itu memang juga disampaikan oleh agen kami pada saat akan membelinya dulu. Bagi kami hal itu bukan masalah, karena kami toh sholat, jadi Insyaallah malaikat tak segan melindungi rumah kami dari mahluk-mahluk jahat. Selain itu, pemakaman tersebut juga dapat mengingatkan akan kematian yang tiap saat dapat merenggut, sehingga akan lebih memotivasi kami untuk rajin beribadah. Ternyata tak semua orang berpikiran positif seperti saya dan suami dalam menyikapi kondisi kavling tersebut. Alhasil kavling tak jadi dijual dan secara bersamaan, kakak saya menawarkan pinjaman tanpa bunga untuk mulai membangun. Maha pengasih Allah atas hambaNya...Subhanallah, Alhamdulillah.
Singkat cerita, kami mulai proses pembanguan dalam keketatan biaya, sehingga diputuskan untuk mendirikan rumah super sederhana, fungsional, dan nyaman. Suami menggambar sendiri, kemudian menyerahkan pada pihak real estate untuk digambar ulang oleh arsitek mereka. "Wah, rumahnya kok gak lazim ya Pak?" demikian tanya salah seorang staf di kantor real estate tersebut. Suami saya hanya tertawa sambil meminta agar tak dikutak-katik gambar yang telah dibuatnya. "Gak salah Pak, tangga di depan?" tanyanya lagi. "Atapnya betul-betul begini saja Pak, gak mau dikasih ornamen?" kembali ia tak setuju dengan kesederhanaan yang ditawarkan suami saya. "Tolong Pak, jangan ganggu desain saya. Rumah ini memang sederhana, tapi bukan model minimalis, melainkan minimal abis!" demikian tegas suami saya. Maka setelah rapi semua urusan administrasi, mulailah pembangunan rumah kami.
Ternyata berbagai rentetan peristiwa ikut mewarnai suka-duka pembangunan rumah ini. Ayahanda saya sakit dan sempat dirawat di ruang ICU, terbaring koma selama 4 hari lamanya. Kondisi tubuh kami berdua yang kelelahan karena harus bergantian menjaga ayahanda di rumah sakit ditambah masih harus mengawasi pembangunan rumah, membuat kami terlalu lelap tidur di malam hari. Alhasil, pada suatu malam, kami tak terjaga sama sekali ketika mobil kami (yang baru saja lunas dicicil selama 3 tahun), raib dicuri orang! Saya sempat shock di pagi harinya ketika mengetahui mobil kami hilang, namun suami tercinta segera menenangkan dan kami pun mengurus ke kantor polisi untuk kemudian memeroses asuransinya.
Ternyata Allah memang mengatur segala sesuatu dengan sempurna. Tahukah teman, ternyata, satu malam sebelum raibnya mobil kami, suami sempat berpikir untuk memberitahukan saya mengenai rencananya menjual mobil tersebut dalam rangka melunasi hutang di toko bangunan yang sudah menumpuk. 3 hari telah dipikirkannya rencana itu sehingga ia dalam kondisi yang sangat dilematis antara menjual atau tidak. Ternyata Allah membantu mempercepat proses pertimbangannya itu: Kun Fayakun...maka terselesaikanlah satu masalah! Subhanallah...Maha Suci Allah.
Pengurusan asuransi mobil di luar dugaan sangat cepat terselesaikan. Bantuan datang dari segala arah, ada 2 saudara kami yang berprofesi polisi dan telah dengan sangat sigapnya membantu urusan kami di Polda Metrojaya. Bantuan lain yang tak terduga datang dari kakak saya yang kebetulan bertugas ke Cina selama 6 bulan, sehingga mobilnya yang menganggur bisa kami gunakan untuk beraktivitas. Terimakasih kami haturkan pada mereka yang begitu baik dan iklas menolong kami, hanya Allah yang dapat membalas kebaikan-kebaikan tersebut.
7 bulan berselang, rumah sudah dapat kami tempati, meskipun hingga kini masih ada bagian-bagian yang belum sempurna dikerjakan, karena keterbatasan dana. Namun bagaimanapun juga, Alhamdulillah kami bahagia dan damai hidup di dalamnya, terlebih karena pemakaman yang dirindangi rumpunan bambu dan selalu mengingatkan kami akan hari esok masih berdiri tegak di seberang rumah dan menjadi view favorit keluarga, ditambah suara merdunya azan yang mengingatkan kami 5 kali dalam sehari untuk memenuhi panggilanNya. Subhanallah, Alhamdulillah.
Teman, siapa pun kami terima dengan terbuka ketika menginjakkan kaki di sini, di rumah sederhana penuh damai dan kasih sayang. Herzlich wilkomen!
Jilbab
Menuju sebuah kesadaran untuk menutup aurat memang tak mudah. Hal ini saya alami sendiri, hingga akhirnya kini saya memutuskan untuk mengenakan jilbab. Sayangnya belum sempurna betul penutup aurat itu saya kenakan, karena lagi-lagi banyak kendala duniawi yang membuat diri ini belum sepenuhnya dapat memenuhi syariat agama, astagfirullah hal aziim.
Sebenarnya ini adalah sebuah perenungan yang sungguh berat bagi diri saya. Kisah awalnya adalah ketika sulung kami tiba-tiba meminta saya untuk mengenakan jilbab seperti guru mengajinya. Entah mengapa, secara spontan hati saya menerima permintaan mulia tersebut. Malamnya ketika kami jalan-jalan berempat ke sebuah mall, saya langsung mengenakan jilbab tanpa canggung. I just feel so classy wearing jilbab, demikian perasaan saya sejak itu.
Namun saya sangat sedih menghadapi dilema ini, di mana saat ini terhimpit sebuah kenyataan tak bisa berbusana muslim ketika bekerja. Usaha tengah saya lakukan untuk mencari tempat bekerja yang dapat menerima kondisi saya apa adanya, namun hingga sekarang masih dalam proses menunggu kepastian.
Semoga Allah S.W.T. berkenan memaafkan saya, hambaNya yang lemah dalam menjalankan syariatNya ini. Ia maha mengetahui apa yang sebenarnya tengah dihadapi dan diperjuangkan hambaNya. Insyaallah atas izinNya pula akan saya dapatkan titik terang perjuangan ini untuk mendapatkan rahmat dan hidayahNya semata. Amien Ya Rabbal Alamin.
Tuesday, May 26, 2009
Bosan
Sudah 2 hari ini saya tidak punya gairah mengajar...padahal rasanya tidur cukup, bahan mengajar juga sudah disiapkan, tetapi energi positifnya yang tak muncul! Ada apa gerangan? Bisa jadi ini sindrom jenuh yang biasa menghinggapi para guru (mungkin juga profesi lain) setelah hampir satu tahun menghadapi tingkah-polah siswanya. Makanya tak heran bila kami (mengatasnamakan para guru sedunia:) ) memang perlu diliburkan dalam kurun waktu yang lebih lama dibandingkan teman-teman profesional lain. Ini excuse mungkin atau apa ya? Yang jelas saya merasa jenuh sekali hari ini...rasanya ingin cepat-cepat libur!
Namun jika dipikirkan lagi, mungkin juga segala rutinitas yang sudah saya jalani hampir 6 tahun terakhir sebagai seorang tenaga pendidik ini telah menyebabkan kejenuhan, ditambah lagi sudah hampir 3 tahun belakangan ini kami sekeluarga tak pergi berlibur secara serius, jadi semakin terasalah kejenuhan tersebut. Mungkin ada baiknya sebelum memulai usaha roti jala nanti, kami berlibur barang 2-3 hari di sebuah tempat yang tenang dan dapat mengembalikan energi positif kami untuk kembali bergairah dalam melakukan aktivitas. Saya ingat, ketika dulu kami baru pulang dari studi di Jerman, kejenuhan luar biasa menyergap hati. Apalagi setahun pertama kami kesulitan mendapatkan pekerjaan tetap. Akhirnya genap setelah satu tahun berusaha, saya dan suami secara bersamaan mendapatkan pekerjaan. Akhirnya kami memutuskan untuk berlibur dulu ke Bali dengan sisa uang yang ada saat itu, yang penting pikiran kembali jernih dan siap memulai lembar kehidupan baru, tentunya dengan membaca basmallah dalam hati.
Saya rasa, saat ini yang kami- terutama saya- butuhkan adalah liburan sekeluarga untuk menghalau kebosanan dan mengembalikan energi positif dalam jiwa. Apa ya kira-kira...liburan murah, sehat, dan berkualitas...mungkin ada yang bisa memberikan masukan? Saya tunggu!
Namun jika dipikirkan lagi, mungkin juga segala rutinitas yang sudah saya jalani hampir 6 tahun terakhir sebagai seorang tenaga pendidik ini telah menyebabkan kejenuhan, ditambah lagi sudah hampir 3 tahun belakangan ini kami sekeluarga tak pergi berlibur secara serius, jadi semakin terasalah kejenuhan tersebut. Mungkin ada baiknya sebelum memulai usaha roti jala nanti, kami berlibur barang 2-3 hari di sebuah tempat yang tenang dan dapat mengembalikan energi positif kami untuk kembali bergairah dalam melakukan aktivitas. Saya ingat, ketika dulu kami baru pulang dari studi di Jerman, kejenuhan luar biasa menyergap hati. Apalagi setahun pertama kami kesulitan mendapatkan pekerjaan tetap. Akhirnya genap setelah satu tahun berusaha, saya dan suami secara bersamaan mendapatkan pekerjaan. Akhirnya kami memutuskan untuk berlibur dulu ke Bali dengan sisa uang yang ada saat itu, yang penting pikiran kembali jernih dan siap memulai lembar kehidupan baru, tentunya dengan membaca basmallah dalam hati.
Saya rasa, saat ini yang kami- terutama saya- butuhkan adalah liburan sekeluarga untuk menghalau kebosanan dan mengembalikan energi positif dalam jiwa. Apa ya kira-kira...liburan murah, sehat, dan berkualitas...mungkin ada yang bisa memberikan masukan? Saya tunggu!
Monday, May 25, 2009
Roti Jala Penang
So sorry my blog...sudah lama sekali tak diindahkan olehku, beribu maaf...
Banyak alasan mengapa saya sempat lama tak berbagi curhat di sini, di antaranya adalah karena sedang fokus pada sebuah terobosan baru sebagai rintisan usaha pasca pensiun nanti. Terus terang, sudah lama sebenarnya ingin melakukan sesuatu sebagi investasi masa tua nanti, terlebih saya dan suami adalah pegawai swata yang tak menerima uang pensiun kelak. Maka dari itu sudah saatnya kini kami memulai sebuah usaha yang tak terlalu membutuhkan modal besar dan beresiko rendah.
Singkatnya, kami mendapat ide untuk berjualan makanan yang unik dan belum banyak pesaingnya di sekitar tempat tinggal, di Bumi Sepong Damai. Syukurnya kami diuntungkan dengan tinggal di sebuah lingkungan perumahan yang tengah berkembang pesat, dengan strata ekonomi masyarakat yang cukup mapan, dan rata-rata mereka sangat gemar berwisata kuliner. Secara kebetulan pula, salah satu saudara sepupu memiliki usaha travel yang berlokasi di pinggir jalan yang sangat strategis dan memberi kami izin untuk membuka sebuah kedai tenda di pelataran parkirnya. Maka dengan mengucapkan basmallah, kami insyaallah akan mulai berjualan Roti Jala di awal Juni 2009 ini.
Mungkin tak ada salahnya bila saya berpromosi di sini, siapa tahu Anda adalah penggemar wisata kuliner juga, dan meskipun tak tinggal di BSD namun mau mencoba roti jala kami yang resepnya langsung diberikan oleh seorang kerabat asal Malaysia. Roti jala adalah roti asal India yang banyak sekali ditemui di Malaysia. Biasanya roti yang menyerupai jala ini dikonsumsi dengan kare hangat. Tekstur roti yang lembut akan melebur dengan kuah kare kental sehingga menciptakan sensasi rasa dan aroma yang unik di lidah! Hmm...membayangkannya saja sudah nikmat, apalagi bila mencobanya langsung!
Nah, silakan mampir ke Kedai Roti JaLa Penang, Jl Kencana Loka Blok A1/29-Sektor XII.I, BSD, tepat di depan Sekolah Cikal Harapan -telepon 02198494703 atau 08176328855. Untuk saat ini baru tersedia roti jala dengan kare ayam, harga Rp. 14.000/porsi. Dijamin tak kapok, karena rasa dan porsinya sangat sesuai dengan harga yang terjangkau tersebut! Kalau begitu, kami mohon doa restu dan juga kunjungan Anda di Roti Jala Penang-BSD.
Banyak alasan mengapa saya sempat lama tak berbagi curhat di sini, di antaranya adalah karena sedang fokus pada sebuah terobosan baru sebagai rintisan usaha pasca pensiun nanti. Terus terang, sudah lama sebenarnya ingin melakukan sesuatu sebagi investasi masa tua nanti, terlebih saya dan suami adalah pegawai swata yang tak menerima uang pensiun kelak. Maka dari itu sudah saatnya kini kami memulai sebuah usaha yang tak terlalu membutuhkan modal besar dan beresiko rendah.
Singkatnya, kami mendapat ide untuk berjualan makanan yang unik dan belum banyak pesaingnya di sekitar tempat tinggal, di Bumi Sepong Damai. Syukurnya kami diuntungkan dengan tinggal di sebuah lingkungan perumahan yang tengah berkembang pesat, dengan strata ekonomi masyarakat yang cukup mapan, dan rata-rata mereka sangat gemar berwisata kuliner. Secara kebetulan pula, salah satu saudara sepupu memiliki usaha travel yang berlokasi di pinggir jalan yang sangat strategis dan memberi kami izin untuk membuka sebuah kedai tenda di pelataran parkirnya. Maka dengan mengucapkan basmallah, kami insyaallah akan mulai berjualan Roti Jala di awal Juni 2009 ini.
Mungkin tak ada salahnya bila saya berpromosi di sini, siapa tahu Anda adalah penggemar wisata kuliner juga, dan meskipun tak tinggal di BSD namun mau mencoba roti jala kami yang resepnya langsung diberikan oleh seorang kerabat asal Malaysia. Roti jala adalah roti asal India yang banyak sekali ditemui di Malaysia. Biasanya roti yang menyerupai jala ini dikonsumsi dengan kare hangat. Tekstur roti yang lembut akan melebur dengan kuah kare kental sehingga menciptakan sensasi rasa dan aroma yang unik di lidah! Hmm...membayangkannya saja sudah nikmat, apalagi bila mencobanya langsung!
Nah, silakan mampir ke Kedai Roti JaLa Penang, Jl Kencana Loka Blok A1/29-Sektor XII.I, BSD, tepat di depan Sekolah Cikal Harapan -telepon 02198494703 atau 08176328855. Untuk saat ini baru tersedia roti jala dengan kare ayam, harga Rp. 14.000/porsi. Dijamin tak kapok, karena rasa dan porsinya sangat sesuai dengan harga yang terjangkau tersebut! Kalau begitu, kami mohon doa restu dan juga kunjungan Anda di Roti Jala Penang-BSD.
Tuesday, February 17, 2009
Rizki's First Guitar Concert
"Bauer Max der hat ein Huhn,
dass hat schrecklich viel zu tun
taeglich eier liegen..."
itulah penggalan teks lagu Bauer Max yang menjadi pembuka konser gitar pertama Rizki, putra sulung saya. Empat buah lagu mengalun dengan indahnya lewat dentingan gitar Rizki dan temannya, Vito, dengan iringan cord oleh Herr Bredie, dalam konser "Vorspielabend", yang digelar Kamis malam lalu, 12 Februari 2009, di aula sekolah. Tak kuasa rasanya saya membendung rasa bangga yang membuncah dalam dada ini, menyaksikan buah hati memetik senar-senar gitarnya dengan sepenuh jiwa.
Rizki, baru belajar memetik gitar pada awal September tahun lalu, ketika pertama kali mengikuti kegiatan ekstra kurikuler bersama Herr Bredie (Mr. Bredie), guru musiknya, di sekolah. Dan kini, 5 bulan berselang, ia sudah mampu memainkan 4 buah lagu dengan sangat baik.
Tak hanya Rizki, sederetan penampil lainnya juga mampu menyuguhkan permainan musik akustik yang menarik. Tak kurang dari 30 anak mulai dari kelas 2 SD sampai dengan SMA, menampilkan kebolehan mereka bermain alat musik akustik: gitar, piano, suling, dan drum. Ajang semacam ini sangat positif dan sekaligus dapat memacu semangat serta percaya diri anak untuk meningkatkan kemampuan bermusik mereka, yang tentunya akan berpengaruh pada peningkatan bidang-bidang lainnya.
Yang sangat menarik untuk dicatat adalah bahwa, dalam Vorspielabend tersebut, penampilan anak sangat alami dan spontan. Bila terjadi kesalahan, baik guru maupun penonton tak memberi reaksi yang membuat anak menjadi gugup, sehingga permainan mereka sangat enak untuk dinikmati. Peran guru juga sangat 'manis' terlihat di sini. Bila permainan tersendat, Sang guru akan membimbing anak untuk membaca perlahan partitur bersama-sama, lalu apabila diperlukan, maka ia akan bersama memainkan alat musiknya bersama siswa tersebut.
Ah...tak terlukiskan betapa bangga dan terharunya semua orangtua pada malam itu. Mungkin tak ada salahnya bila saya ingin berbagi dengan Anda di sini, mendengarkan petikan gitar Rizki bersama temannya Vito, dalam klip: Haenchen Klein....so go grab your coffee and enjoy the play...cheers!
dass hat schrecklich viel zu tun
taeglich eier liegen..."
itulah penggalan teks lagu Bauer Max yang menjadi pembuka konser gitar pertama Rizki, putra sulung saya. Empat buah lagu mengalun dengan indahnya lewat dentingan gitar Rizki dan temannya, Vito, dengan iringan cord oleh Herr Bredie, dalam konser "Vorspielabend", yang digelar Kamis malam lalu, 12 Februari 2009, di aula sekolah. Tak kuasa rasanya saya membendung rasa bangga yang membuncah dalam dada ini, menyaksikan buah hati memetik senar-senar gitarnya dengan sepenuh jiwa.
Rizki, baru belajar memetik gitar pada awal September tahun lalu, ketika pertama kali mengikuti kegiatan ekstra kurikuler bersama Herr Bredie (Mr. Bredie), guru musiknya, di sekolah. Dan kini, 5 bulan berselang, ia sudah mampu memainkan 4 buah lagu dengan sangat baik.
Tak hanya Rizki, sederetan penampil lainnya juga mampu menyuguhkan permainan musik akustik yang menarik. Tak kurang dari 30 anak mulai dari kelas 2 SD sampai dengan SMA, menampilkan kebolehan mereka bermain alat musik akustik: gitar, piano, suling, dan drum. Ajang semacam ini sangat positif dan sekaligus dapat memacu semangat serta percaya diri anak untuk meningkatkan kemampuan bermusik mereka, yang tentunya akan berpengaruh pada peningkatan bidang-bidang lainnya.
Yang sangat menarik untuk dicatat adalah bahwa, dalam Vorspielabend tersebut, penampilan anak sangat alami dan spontan. Bila terjadi kesalahan, baik guru maupun penonton tak memberi reaksi yang membuat anak menjadi gugup, sehingga permainan mereka sangat enak untuk dinikmati. Peran guru juga sangat 'manis' terlihat di sini. Bila permainan tersendat, Sang guru akan membimbing anak untuk membaca perlahan partitur bersama-sama, lalu apabila diperlukan, maka ia akan bersama memainkan alat musiknya bersama siswa tersebut.
Ah...tak terlukiskan betapa bangga dan terharunya semua orangtua pada malam itu. Mungkin tak ada salahnya bila saya ingin berbagi dengan Anda di sini, mendengarkan petikan gitar Rizki bersama temannya Vito, dalam klip: Haenchen Klein....so go grab your coffee and enjoy the play...cheers!
Monday, February 9, 2009
Sweet Afternoon Chat
Sebuah pertemuan sore nan santai berhasil 'digelar' di rumah Tia dan Oto, Sabtu lalu. Asik, santai, ceria, diselingi gelak tawa kami dan suara anak-anak bercengkrama. Sweet Afternoon Chat, rasanya pas untuk acara kami itu. Setelah sekian lama tak bertemu, akhirnya kami, mantan anggota geng the keches di masa SMA dulu, dapat ngobrol ngalor-ngidul bernostalgia dan bertukar cerita manis seputar kehidupan kami dulu dan sekarang. Tambahan lagi, keceriaan anak-anak kami juga menambah manisnya suasana sore itu.
Tia dan Oto, tuan rumah sore itu, terlihat senang sekali. Kami berjanji akan rutin bertemu dari rumah ke rumah, lengkap dengan anggota keluarga kami, tentunya dengan harapan pertemanan ini tidak hanya berhaenti pada level orangtua (wah...ternyata kami sudah jadi ortu!), tapi juga pada level anak-anak kami, bahkan cucu...ah senangnya!
So the Keches, meet you at Selly-Haryo's House next month...tentunya dengan agenda tambahan: belajar membuat keramik dan makan jajanan Blok-S...ah asiknya!!!
Monday, February 2, 2009
hujan...becek...kocek...
Hujan, hujan, alangkah derasnya! Saya termasuk orang yang bingung bagaimana menghadapi hujan...mau mengumpat, takut kualat bila nanti diberi musim kemarau nan kering kerontang. Tapi kalau boleh memilih, saya lebih senang bila hujan turun secara proporsional saja. Maksudnya proporsional adalah, ia turun untuk menyirami bumi dari debu-debu dan memberikan kesuburan serta kesejukan pada alam tercinta, bukan berlebihan hingga mendatangkan bencana. Kalau boleh juga memohon...mbok ya ia turun jangan di siang hari, karena jemuran di rumah tak kunjung kering dibuatnya. Walhasil, saya harus menggunakan jasa laundry kiloan untuk mencuci baju sehari-hari. Lumayanlah...seminggu kocek yang harus dikeluarkan bisa sekitar 100.000 hingga 150.000 perak untuk biaya cuci baju!
Selain masalah cucian tadi, halaman rumah juga jadi becek minta ampun...saya jadi takut kalau rumput-rumput di halaman jadi membusuk akibat tergenang air. Apalagi anak-anak saya yang masih senang sekali main becek-becek, tanpa tendeng aling-aling membawa sepatu dan sandal mereka yang belepotan tanah, ke dalam rumah. Ampun...deh, alih-alih di rumah sekarang juga sedang tak ada asisten, walhasil saya dan suami bergantian mengepel lantai!
Well, apa mau dikata...kita ini hanya manusia yang bisa menerima apa pun yang Tuhan berikan, termasuk derasnya hujan yang kini mulai menenggelamkan beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Jakarta. Satu hal yang dapat kita lakukan adalah berdoa dan berusaha semoga di balik derasnya hujan ini ada sebuah rahmat dan hikmah besar yang diselipkan Tuhan bagi kita. Mudah-mudahan ungkapan hujan, becek, gak ada ojek dapat mengingatkan kita untuk selalu waspada, namun tetap bersyukur atas hujan yang tak semata-mata membawa bencana tapi juga berkah bagi semua insan....contoh langsung adalah para pengusaha laundry kiloan yang bertambah tebal koceknya di musim penghujan. Makin deras...makin tebal jugalah kocek mereka tentunya!
Monday, January 12, 2009
Tragedi Tahun Baru 2009
Kini, setiap hari, sejak dimulainya pergantian tahun baru 2009, tak henti-hentinya kita mendengar berbagai tragedi di muka bumi ini berlangsung. Diawali dengan Invansi Israel terhadap Palestina -dimulai pada penghujung tahun 2008- yang telah banyak sekali menelan korban jiwa, terutama anak-anak tak berdosa, disusul dengan berbagai bencana alam yang tak kunjung reda. Tengoklah Australia, negeri kecil nan elok, tergerus badai dan gelombang laut tinggi di beberapa negara bagiannya. Indonesia, dengan agenda musin hujan tahuhannya, ditempa derasnya hujan yang cukup menimbulkan kegelisahan mereka yang bermukim di kantung-kantung banjir. Belum lagi gelombang laut tinggi di Sulawesi yang kemarin telah menyebabkan sebuah kapal feri karam; 250 jiwa masih dinyatakan hilang. Apalagi kiranya yang akan datang pada kita sepanjang tahun 2009 ini?
Laailahaillallah...Subhanallah, Allahuakbar! Hendaknya Kau angkat segala bencana dari bumiMu ya Allah...hendaknya Kau turunkan sepasukan burung ababil pembawa kerikil api dari neraka, atau pasukan tentara gajah, atau mukjizat lainnya pada bangsa Israel yang jahanam itu ya Allah. Tidakkah Engkau kasihan melihat penderitaan saudara kami di Palestina, anak-anak, kaum perempuan, para lelaki, yang telah dirundung malang selama bertahun-tahun itu? Ataukah ada suatu mukjizat yang telah Engkau rencanakan di balik peristiwa ini? Kami yang lemah ini hanya dapat menunggu sambil berikhtiar padaMu.
Allah, Yang Maha Besar, Yang Maha Berkuasa atas segala ciptaanNya di langit dan di bumi, hanya doa yang kami dapat panjatkan padaMu, ya Allah. Doa akan keselamatan, akan kemaslahatan, akan keadilan yang seadil-adilnya di muka bumi. Mohon ampun ya Allah atas segala kekhilafan dan keserakahan kami di atas bumiMu yang hanya akan seumur jagung boleh kami tempati. Maka berilah kami pertolongan ya Allah, berilah sebuah titik cerah bagi segala masalah yang tengah berlangsung di sini, karena hanya kepadaMulah kami menyembah dan hanya kepadaMulah kami mohon pertolongan. Amin ya rabbal aalamin.
Laailahaillallah...Subhanallah, Allahuakbar! Hendaknya Kau angkat segala bencana dari bumiMu ya Allah...hendaknya Kau turunkan sepasukan burung ababil pembawa kerikil api dari neraka, atau pasukan tentara gajah, atau mukjizat lainnya pada bangsa Israel yang jahanam itu ya Allah. Tidakkah Engkau kasihan melihat penderitaan saudara kami di Palestina, anak-anak, kaum perempuan, para lelaki, yang telah dirundung malang selama bertahun-tahun itu? Ataukah ada suatu mukjizat yang telah Engkau rencanakan di balik peristiwa ini? Kami yang lemah ini hanya dapat menunggu sambil berikhtiar padaMu.
Allah, Yang Maha Besar, Yang Maha Berkuasa atas segala ciptaanNya di langit dan di bumi, hanya doa yang kami dapat panjatkan padaMu, ya Allah. Doa akan keselamatan, akan kemaslahatan, akan keadilan yang seadil-adilnya di muka bumi. Mohon ampun ya Allah atas segala kekhilafan dan keserakahan kami di atas bumiMu yang hanya akan seumur jagung boleh kami tempati. Maka berilah kami pertolongan ya Allah, berilah sebuah titik cerah bagi segala masalah yang tengah berlangsung di sini, karena hanya kepadaMulah kami menyembah dan hanya kepadaMulah kami mohon pertolongan. Amin ya rabbal aalamin.
Subscribe to:
Posts (Atom)