Thursday, December 17, 2009

Home Sweet Home


Rumah yang damai akan memberikan keteduhan dan kedamaian bagi penghuninya. Insyaallah hal itu sudah kami rasakan saat ini. Subhanallah, perjuangan untuk membangun rumah bagi keluarga kecil kami akhirnya dapat diwujudkan dengan rahmat dan kehendakNya. Kini, kedamaian itu telah kami temukan di dalam rumah sederhana kami ini.

Bangga dan kerasan, demikian yang selalu saya rasakan setiap kali berada di dalam tiap sisi rumah kami. Keindahan di balik kesederhanaan rasanya tepat saya gunakan untuk menggambarkan kondisi rumah hasil rancangan suami tercinta. rumah ini dibangunnya atas dasar pengalaman hidup di negeri orang. Obsesi mempunyai rumah yang homy dan fungsional betul-betul telah berhasil diwujudkannya bagi kami, keluarga tercinta.

Rasanya ada baiknya saya mengajak Anda menengok ke belakang, pada saat kami akan membangun rumah ini. Awalnya kami bingung memutuskan untuk membeli rumah di kawasan BSD ini, pada tahun 2006. Harga rumah setinggi langit berbanding terbalik dengan besar dan luas tanahnya. Akhirnya kami putuskan untuk membeli kavling dan menggarap sendiri pembangunan rumah idaman kami. Kavling terbeli, namun uang untuk membangun tak ada. Setelah berusaha mencari pinjaman bank, ternyata tak ada jenis kredit untuk konstruksi dari nol. Akhirnya kami putuskan untuk menjual kavling tersebut dan berapun hasilnya nanti akan kami jadikan uang DP untuk membeli rumah jadi saja.

Entah mengapa, tanah kami tak dilirik orang selama 1 tahun! Mungkin karena letaknya yang berhadapan langsung dengan pemakaman kampung tetangga, menyebabkan orang takut untuk membelinya. Hal itu memang juga disampaikan oleh agen kami pada saat akan membelinya dulu. Bagi kami hal itu bukan masalah, karena kami toh sholat, jadi Insyaallah malaikat tak segan melindungi rumah kami dari mahluk-mahluk jahat. Selain itu, pemakaman tersebut juga dapat mengingatkan akan kematian yang tiap saat dapat merenggut, sehingga akan lebih memotivasi kami untuk rajin beribadah. Ternyata tak semua orang berpikiran positif seperti saya dan suami dalam menyikapi kondisi kavling tersebut. Alhasil kavling tak jadi dijual dan secara bersamaan, kakak saya menawarkan pinjaman tanpa bunga untuk mulai membangun. Maha pengasih Allah atas hambaNya...Subhanallah, Alhamdulillah.

Singkat cerita, kami mulai proses pembanguan dalam keketatan biaya, sehingga diputuskan untuk mendirikan rumah super sederhana, fungsional, dan nyaman. Suami menggambar sendiri, kemudian menyerahkan pada pihak real estate untuk digambar ulang oleh arsitek mereka. "Wah, rumahnya kok gak lazim ya Pak?" demikian tanya salah seorang staf di kantor real estate tersebut. Suami saya hanya tertawa sambil meminta agar tak dikutak-katik gambar yang telah dibuatnya. "Gak salah Pak, tangga di depan?" tanyanya lagi. "Atapnya betul-betul begini saja Pak, gak mau dikasih ornamen?" kembali ia tak setuju dengan kesederhanaan yang ditawarkan suami saya. "Tolong Pak, jangan ganggu desain saya. Rumah ini memang sederhana, tapi bukan model minimalis, melainkan minimal abis!" demikian tegas suami saya. Maka setelah rapi semua urusan administrasi, mulailah pembangunan rumah kami.

Ternyata berbagai rentetan peristiwa ikut mewarnai suka-duka pembangunan rumah ini. Ayahanda saya sakit dan sempat dirawat di ruang ICU, terbaring koma selama 4 hari lamanya. Kondisi tubuh kami berdua yang kelelahan karena harus bergantian menjaga ayahanda di rumah sakit ditambah masih harus mengawasi pembangunan rumah, membuat kami terlalu lelap tidur di malam hari. Alhasil, pada suatu malam, kami tak terjaga sama sekali ketika mobil kami (yang baru saja lunas dicicil selama 3 tahun), raib dicuri orang! Saya sempat shock di pagi harinya ketika mengetahui mobil kami hilang, namun suami tercinta segera menenangkan dan kami pun mengurus ke kantor polisi untuk kemudian memeroses asuransinya.

Ternyata Allah memang mengatur segala sesuatu dengan sempurna. Tahukah teman, ternyata, satu malam sebelum raibnya mobil kami, suami sempat berpikir untuk memberitahukan saya mengenai rencananya menjual mobil tersebut dalam rangka melunasi hutang di toko bangunan yang sudah menumpuk. 3 hari telah dipikirkannya rencana itu sehingga ia dalam kondisi yang sangat dilematis antara menjual atau tidak. Ternyata Allah membantu mempercepat proses pertimbangannya itu: Kun Fayakun...maka terselesaikanlah satu masalah! Subhanallah...Maha Suci Allah.

Pengurusan asuransi mobil di luar dugaan sangat cepat terselesaikan. Bantuan datang dari segala arah, ada 2 saudara kami yang berprofesi polisi dan telah dengan sangat sigapnya membantu urusan kami di Polda Metrojaya. Bantuan lain yang tak terduga datang dari kakak saya yang kebetulan bertugas ke Cina selama 6 bulan, sehingga mobilnya yang menganggur bisa kami gunakan untuk beraktivitas. Terimakasih kami haturkan pada mereka yang begitu baik dan iklas menolong kami, hanya Allah yang dapat membalas kebaikan-kebaikan tersebut.

7 bulan berselang, rumah sudah dapat kami tempati, meskipun hingga kini masih ada bagian-bagian yang belum sempurna dikerjakan, karena keterbatasan dana. Namun bagaimanapun juga, Alhamdulillah kami bahagia dan damai hidup di dalamnya, terlebih karena pemakaman yang dirindangi rumpunan bambu dan selalu mengingatkan kami akan hari esok masih berdiri tegak di seberang rumah dan menjadi view favorit keluarga, ditambah suara merdunya azan yang mengingatkan kami 5 kali dalam sehari untuk memenuhi panggilanNya. Subhanallah, Alhamdulillah.

Teman, siapa pun kami terima dengan terbuka ketika menginjakkan kaki di sini, di rumah sederhana penuh damai dan kasih sayang. Herzlich wilkomen!

No comments: