Sunday, June 27, 2010

Hebohnya World Cup 2010

Amina-mina e e...
Waka-waka e...e...
Amina-mina e e... it's time to Africa!
Begitulah kurang lebih lagu World Cup yang selalu dinyanyikan anak-anak sehari-hari di minggu-minggu piala dunia berlansung. Lagu FIFA World Cup memang seru, makanya anak-anak senang sekali dan jadi heboh berat, demam World Cup!

Kacau...gara-gara World Cup jam tidur suami jadi berantakan. Walhasil, Subuh jadi sering bergeser mendekati waktu terbit matahari. Untungnya belakangan dia jadi sadar dan mulai menata diri lagi agar bisa kembali melakukan ritual Subuh di masjid.

Heboh...gara-gara World Cup, Rizki dan Rayhan jadi keranjingan main bola sepanjang waktu. Tadi pagi sehabis Subuh, mereka sudah gak sabaran ingin mengajak teman-teman satu gang untuk main bola di jalanan yang masih basah oleh embun! Kebetulan kemarin ketika menemani saya berebelanja, mereka dapat bonus boleh membeli bola edisi khusus Wold Cup 2010, jadilah semangat berbola ria makin menjadi-jadi. Siangnya, bola baru tersebut diunduh ke rumah teman saya yang menggelar hajatan, untuk beraksi di sana.

Kehebohan belum selesai, apalagi malam ini Jerman akan berhadapan dengan Inggris, maka suami mulai grasak-grusuk sore tadi ingin menonton dengan cara yang seru. Jagoan-jagoan kecil juga ikut-ikutan heboh seperti papanya. Maka tadi setelah sholat magrib, ketiga cowok penggila bola tersebut nekat meminjam infocus projector dari sekolah untuk menonton bola versi layar lebar di rumah.

Nah, sekarang mereka sedang sibuk di atas menunggu saatnya jagoan mereka, Jerman, berlaga melawan si hidung panjang, Inggris. Ruang tv disulap jadi teater dengan big screen, AC on, dan sebaskom popcorn buatan mama sudah siap dipeluk Abang Rizki untuk disantap bertiga. Betul-betul heboh...

Sementara itu, si mama, asyik menulis di bawah sambil menikmati semilir angin malam, ditemani ikan-ikan di akuarium. Hmm inilah nasib perempuan di sarang penyamun, kalau sudah ada piala dunia ya dicuekin...

"Mom...I wanna sleep with you!" Lah si Ade tau-taunya turun dan minta ditemani tidur. Ya beginilah, si mama dibutuhkan lagi kalau sudah mengantuk....
"Mama...ayoo...!!!" Si Ade mulai merajuk sambil cemberut menarik tangan mama ke kamar.
Oke...kita bobo dulu deh ya, nanti kalau jam 10 malam kebangun, mama ikutan nonton Jerman deh!!!

Monday, June 21, 2010

Yin& Yang: Sayonara to Gambatte ne!!!


Sayonara, sayonara sampai berjumpa pula (2x)
Buat apa susah, buat apa susah...Susah itu tak ada gunanya (2x)

Dua bait syair sederhana itu biasa saya nyanyikan di masa kanak-kanak dulu, ketika akan beranjak meninggalkan kelas pada saat pulang sekolah. Kini lagu itu mengalun pelan di benak saya, ketika mendekati saat-saat terakhir meninggalkan sekolah dan murid2 didik yang telah berinteraksi dengan 'Ibu Suse'nya ini selama 4 tahun ajaran. Ada rasa sedih, terutama saat mengingat betapa banyak suka-duka yang telah dilalui oleh sebagian anak yang dulunya tak bisa menulis-baca Bahasa Indonesia dengan baik, namun kini sudah mulai bisa menulis paragraf singkat 100 kata dan berpresentasi di hadapan kelas dengan cukup baik. Herannya, ada rasa lega yang luar biasa pula menyelinap di dasar hati terdalam...sangat ironis.

Rasa lega itu muncul karena saya merenung bahwa di masa mendatang mungkin akan lebih dapat menemukan keseimbangan antara lahir dan bathin, yang selama ini belum saya dapatkan seutuhnya. Saya sendiri baru mendapatkan kata kunci 'keseimbangan' itu hari ini, ketika memberikan kata-kata 'bijak' terakhir kepada murid-murid kelas 8 dan 11. Hmm...keseimbangan rupanya, Yin & Yan, yang saya perlukan untuk mencapai kemajuan dalam hidup ini, persis!

Tinggal sekarang bagaimana saya bisa memaksimalkan kondisi yang sudah seimbang lahir bathin menjadi produktif dan bermanfaat tak hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain. Maka mengutip jargon Orang Jepang 'gambatte' saya ucapkan kata itu pada diri ini untuk menyulut semangat menjalani dunia baru yang penuh tantangan namun (diharapkan) dapat memberikan keseimbangan lebih baik. Mudah-mudahan tidak hanya dapat berlagak bijak di muka murid-murid, akan tetapi saya mampu mempertanggungjawabkan kebijakan tersebut berlaku pada diri saya sendiri.

"So jya...Sayonara meine liebe Schueler und gambatte ne....alles Guete fuer die Zukunft!" Nah kalau ini namanya kebijaksanaan gado-gado Jepang-Jerman....tapi intinya saya mengucapkan selamat berpisah sekaligus menyemangati murid-murid terkasih untuk meraih masa depan yang lebih baik!

Friday, June 18, 2010

Bersyukur


Pagi ini, Sabtu, 19 Juni 2010, saya duduk di kursi meja makan kami yang sederhana, menikmati secangkir kopi, sambil bercengkarama dengan tuts-tust keyboard laptop kantor. Semetara itu, di kursi ujung meja makan, Rayhan, bungsu kami, juga tengah asyik mengutak-ngatik laptop saya. Hmm...saya sangat menikmati suasana pagi ini. Subhanallah...nikmatnya hidup ini, di tengah keluarga terkasih dan alam sekitar rumah sederhana kami yang masih terbilang hijau dan alami. Kembali semilir angin sejuk pagi mengalir masuk ke dalam rumah, lalu ia berputar ke luar untuk memberikan kesempatan bagi temannya untuk bersirkulasi di rumah kami yang berjendela banyak. Saya menarik nafas panjang, tak ingin menyia-nyiakan berkah Allah yang tak ternilai harganya tersebut... Ahh...kesegaran langsung merasupi rongga dada saya, Alhamdulillah.


Saya kemudian berpikir, betapa kita wajib bersyukur atas segala yang didapat, mulai dari hal-hal kecil yang tampak sepele. Kembali saya teguk kopi yang mulai dingin sambil melirik suami yang duduk menggantikan Rayhan di ujung meja makan. Ia begitu ganteng dengan baju batiknya...juga begitu wangi oleh parfumnya yang dihembus-hembus semilir angin sejuk. Dia sudah mandi dan baru saja pulang dari kondangan akad nikah seorang kerabat, sementara saya masih berbalut baju tidur dan berminyak-minyak...tapi betapa bersyukurnya saya karena dia tetap tak sungkan berdekatan dengan saya dalam kondisi ini. Hmm...lagi-lagi bersyukur akan hal sederhana, baru saja saya lakukan.


Angin pagi masih terus berhembus, semilir mengalir ke rumah, keluar menggoda pohon pisang hias kami di halaman belakang hingga membuatnya menari-nari kegirangan...ah indahnya pemandangan itu. Hmm, bau pewangi lantai baru saja melintasi hidung saya...Si Mpok rupanya dengan ember berisi air berpewangi lantai. Kehadiran Mpok meskipun tak full time di rumah kami juga merupakan berkah bagi keluarga saya. Lumayan, di Sabtu pagi saya bisa bersantai sejenak sambil menulis, karena ada Si Mpok yang membantu mengurusi rumah. Alhamdulillah...kembali saya bersyukur.


Pohon pisang hias kami melambai-lambai digoda sang angin pagi. Saya menarik nafas dalam-dalam dan berusaha mengakhiri renungan pagi ini, karena merasa sudah pliket ingin segera mandi. Suami saya berpindah duduk di hadapan saya, kakinya berselonjor santai, mulutnya asyik mengunyah kerupuk warung yang dibeli Rizki, sulung kami, tadi malam ketika saya dan dia kelaparan namun tak punya pilihan lain selain makan 2 bungkus indomie yang masih tersimpan rapi di lemari stok makanan kami. Alhamdulillah masih ada indomie...Wah, bahkan indomie yang tak sehat bila dikonsumsi terlalu sering pun, bisa jadi media untuk bersyukur ;-)


Alhamdulillah...akhirnya saya bisa mengakhiri tulisan ini, karena biasanya kalau sudah banyak ide, tangan saya sulit sekali diajak untuk meninggalkan teman-teman tutsnya yang selalu menggoda....