Dulu saya tak pernah bisa memaknai Hari Ibu dengan baik. Saya bahkan bertanya, apa sebenarnya yang harus kita peringati dari sosok seorang ibu. Betul, ibu adalah wanita yang sudah melahirkan kita, tapi perkara membesarkan...toh tidak semua ibu bisa berada di sisi sang anak setiap harinya. Alasan mereka beragam, ada yang karena tuntutan pekerjaan (ini bisa dimaklumi, mengingat kebutuhan hidup semakin mahal), namun ada juga yang karena tuntutan pergaulan (arisan, shopping, clubbing, dsb.) Kalau demikian, apakah tak lebih tepat bila kita memperingati hari pengasuh anak saja?
Pertanyaan-pertanyaan itu ternyata menjadi bumerang sendiri bagi saya ketika pertama kali melahirkan putra saya. Pasca persalinan, adalah titik balik bagi saya untuk menyadari betapa besarnya pengorbananan seorang ibu ketika melahirkan anaknya. Betul, ternyata tidak klise pernyataan yang sering kita dengar bahwa, ketika melahirkan, seorang ibu memeprtaruhkan hidup dan matinya demi sang anak. Itulah yang saya rasakan saat itu, setelah 2,5 jam berkutat dalam ruang persalinan demi berusaha melahirkan anak dengan proses normal. Bukan hanya hampir kehabisan tenaga, pembuluh darah mata pun mengalami peradangan. Satu hal yang ada dalam pikiran saya saat itu adalah Ibu, yang sayangnya tak bisa mendampingi proses persalinan pertama dalam hidup saya sebagai putrinya. Beliau di tanah air, terpisahkan jarak ribuan mil dari Eropa, di mana saya tinggal pada saat itu. Herannya, saya merasa begitu dekat dengan beliau saat itu...di tengah perjuangan tersebut, saya amat merindukan kehadirannya. Tak pelak, begitu si jabang bayi telah selamat datang ke bumi, saya segera menelepon ibu. Air mata dan tangis lebih dahulu keluar daripada seuntaikata yang sudah saya persiapkan sebelumnya. Di tengah tangis itu, saya berulang-ulang kali mengucap, "Ibu, maafkan saya, maafkan saya..."
Ibu saya adalah sosok wanita kuat yang ikut membantu ayah mencari nafkah bagi keluarga besar kami. Beliau melahirkan 6 anak dengan proses normal, beliau bekerja pagi hingga malam di toko kelontongnya di daerah Blok-M, namun sedikitpun beliau tak mengeluh akan semua kelelahan yang diembannya. Kami tumbuh besar lebih banyak bersama tante-tente dan pengsuh di rumah, namun ibu selalu mewajibkan kami untuk mampir ke tokonya barang 30 menit untuk bertemu dan sedikit bercerita mengenai kegiatan di sekolah hari itu. beliau pergi ke toko ketika kami masih tertidur lelap dan baru pulang setelah kami telah tidur lelap pula.
Demikianlah kini saya betul-betul dapat memaknai hari ibu yang sesungguhnya. Bukan hanya sebagai peringatan kongres wanita yang diadakan pada 22 Desember 2008, namun maknanya lebih dalam daripada itu. Maka dari itu, saya ucapkan selamat hari ibu untuk para ibu. Tak ada yang lebih berharga dalam hidup seseorang selain Anda, para ibu!
Tuesday, December 16, 2008
Monday, December 8, 2008
Setelah sebelumnya booming friensdter melanda para cyber, kini perhatian teralih pada facebook. Tak hanya di kalangan cyber ABG namun facebook fever juga menjangkiti golongan mapan, mulai dari para eksekutif muda sampai dengan ibu rumah tangga! Saya pun terkena imbasnya. Tak saya mungkiri, memang FB (demikian banyak orang meringkasnya) adalah sebuah fenomena yang mengasyikkan. Bayangkan kita bisa kembali berhubungan dengan teman-teman semasa taman kanak-kanak dulu yang telah lama hilang kontak dengan kita, sampai dengan mendapatkan teman-teman baru rekomendasi dari teman lama, dsb.
Pernah suatu kali, dalam diskusi di kelas dengan murid-murid, saya menanyakan apa pandangan mereka terhadap dampak FB di masa yang akan datang terhadap hubungan silaturahmi 'langsung' manusia sebagai mahluk sosial. Apakah dengan mudahnya berkontak ria di FB, maka kita akan jadi merasa tak perlu repot-repot bertemu langsung dengan teman-teman, toh kapan pun bisa dilakukan secara mudah lewat dunia maya?
Jawabannya bervariasi, tapi sebagian besar menganggap bahwa FB justru dapat meningkatkan intensitas pertemuan langsung kita dengan teman atau relasi, dibandingkan sebelumnya. FB hanyalah sebagai ajang update informasi dan sekaligus tempat yang paling efektif untuk membuat janji untuk bertemu langsung bahkan secara kolektif.
Memang nyatanya demikian, karena baru-baru ini, acara reunian angkatan sekolah saya yang dulunya sepi, jadi terbilang sukses karena informasi disampaikan tak lagi dari mulut ke mulut, melainkan dari FB ke FB:) Saya jadi terpikir, apakah nanti bila sudah berumur 50 tahun ke atas, saya dan teman-teman masih aktif dan asyik berfacebook? Apa yang akan kami bicarakan nanti di usia senja tersebut? Pastinya foto-foto yang dipasang juga bukan lagi foto diri yang narsis, melainkan foto-foto pernikahan anak dan kelahiran cucu. Lalu pada usia 60 tahun ke atas, informasi yang disebarkan juga pastinya: "Telah meninggal dengan tenang si A, si B, dan si C..."
Memang bisa dibilang FB mungkin akan sangat bermanfaat bagi kita di usia senja nanti, karena dengan kondisi fisik yang sudah terserang segala penyakit dalam dan osteoporosis, kita masih bisa tetap berhubungan tanpa harus keluar rumah. Jadi...apa yang ditunggu lagi, ayo rame-rame kita buat Facebook!
Pernah suatu kali, dalam diskusi di kelas dengan murid-murid, saya menanyakan apa pandangan mereka terhadap dampak FB di masa yang akan datang terhadap hubungan silaturahmi 'langsung' manusia sebagai mahluk sosial. Apakah dengan mudahnya berkontak ria di FB, maka kita akan jadi merasa tak perlu repot-repot bertemu langsung dengan teman-teman, toh kapan pun bisa dilakukan secara mudah lewat dunia maya?
Jawabannya bervariasi, tapi sebagian besar menganggap bahwa FB justru dapat meningkatkan intensitas pertemuan langsung kita dengan teman atau relasi, dibandingkan sebelumnya. FB hanyalah sebagai ajang update informasi dan sekaligus tempat yang paling efektif untuk membuat janji untuk bertemu langsung bahkan secara kolektif.
Memang nyatanya demikian, karena baru-baru ini, acara reunian angkatan sekolah saya yang dulunya sepi, jadi terbilang sukses karena informasi disampaikan tak lagi dari mulut ke mulut, melainkan dari FB ke FB:) Saya jadi terpikir, apakah nanti bila sudah berumur 50 tahun ke atas, saya dan teman-teman masih aktif dan asyik berfacebook? Apa yang akan kami bicarakan nanti di usia senja tersebut? Pastinya foto-foto yang dipasang juga bukan lagi foto diri yang narsis, melainkan foto-foto pernikahan anak dan kelahiran cucu. Lalu pada usia 60 tahun ke atas, informasi yang disebarkan juga pastinya: "Telah meninggal dengan tenang si A, si B, dan si C..."
Memang bisa dibilang FB mungkin akan sangat bermanfaat bagi kita di usia senja nanti, karena dengan kondisi fisik yang sudah terserang segala penyakit dalam dan osteoporosis, kita masih bisa tetap berhubungan tanpa harus keluar rumah. Jadi...apa yang ditunggu lagi, ayo rame-rame kita buat Facebook!
Tuesday, December 2, 2008
Menulis vs Proyek Blog
Budaya menulis memang masih jadi barang ekslusiff bagi anak-anak remaja sekarang. Kebanyakan akan mengatakan bahwa mereka nggak berbakatlah atau susah mencari ide-lah, dsb., apabila diberi tugas untuk menulis. Ini tentunya jadi kendala dalam proses belajar menulis di kelas saya. Akhirnya setelah mencari-cari alternatif untuk menyulut semangat menulis murid-murid, maka ide untuk memberikan sebuah proyek menulis kreatif yang menarik pun muncul di pikiran saya. Berhubung saya juga sedang semangat-semangatnya belajar membuat blog, maka sekalian saja semangat itu saya tularkan pada anak murid.
Walhasil dalam grup kelas 10-12 , sekarang sedang digarap 4 buah blog dengan berbagai tema yang diangkat sesuai dengan ketertarikan bloggernya. Ada yang membuat blog tentang Street Dance, dua orang pencinta musik membuat blog Bengkel Musik Indo, Vane dan Magda yang jago basket membuat blog WDBA yang memuat artikel-artikel tentang tim basket perempuan di sekolah, sementara yang paling unik adalah blog galss-i, yang beranggotakan 3 orang berkaca mata.
Setiap grup akan mempresentasikan blog mereka masing-masing setelah liburan natal nanti. Mereka harus dapat menjelaskan filosofi warna, desain, logo, dan detail-detail lain yang mewarnai blog mereka. Selain itu, masing-masing anggota grup harus menulis (posting) minimal satu tulisan yang sesuai atau mencirikan kekhasan blog mereka. Setiap anak sangat bersemangat dalam proyek ini.
Ternyata, menulis itu memang berat...tapi bila medianya tepat, maka dengan satu sulutan saja, maka akan terlahir ide-ide kreatif yang dapat dituangkan dalam bentuk tulisan. Berarti proyek blog kali bisa dibilang cukup jitu untuk menyulut semangat menulis murid-murid saya. Penasaran rasanya mau melihat blog-blog keren dan unik rancangan mereka, tapi tentunya lebih tidak sabar lagi untuk membaca tulisan mereka di dalamnya. Toy, toy, toy...und viel Erfolg Jungs!
Walhasil dalam grup kelas 10-12 , sekarang sedang digarap 4 buah blog dengan berbagai tema yang diangkat sesuai dengan ketertarikan bloggernya. Ada yang membuat blog tentang Street Dance, dua orang pencinta musik membuat blog Bengkel Musik Indo, Vane dan Magda yang jago basket membuat blog WDBA yang memuat artikel-artikel tentang tim basket perempuan di sekolah, sementara yang paling unik adalah blog galss-i, yang beranggotakan 3 orang berkaca mata.
Setiap grup akan mempresentasikan blog mereka masing-masing setelah liburan natal nanti. Mereka harus dapat menjelaskan filosofi warna, desain, logo, dan detail-detail lain yang mewarnai blog mereka. Selain itu, masing-masing anggota grup harus menulis (posting) minimal satu tulisan yang sesuai atau mencirikan kekhasan blog mereka. Setiap anak sangat bersemangat dalam proyek ini.
Ternyata, menulis itu memang berat...tapi bila medianya tepat, maka dengan satu sulutan saja, maka akan terlahir ide-ide kreatif yang dapat dituangkan dalam bentuk tulisan. Berarti proyek blog kali bisa dibilang cukup jitu untuk menyulut semangat menulis murid-murid saya. Penasaran rasanya mau melihat blog-blog keren dan unik rancangan mereka, tapi tentunya lebih tidak sabar lagi untuk membaca tulisan mereka di dalamnya. Toy, toy, toy...und viel Erfolg Jungs!
Monday, December 1, 2008
I love coffee, I love tea
Ada lagi satu hal yang enak untuk dinikmati sembari minum kopi...mendengar musik! Tahun lalu saya kedapatan satu grup kelas yang anggota-anggotanya menyimpan bakat besar dalam bidang seni. Mereka bermain teater dengan baik, membaca puisi dengan penjiwaan yang pas, dan selain itu yang paling asik adalah, mereka jago sekali bernyanyi ala acapela.
Biasanya dulu - sekarang 3 orang di antaranya sudah lulus- mereka sering saya minta menyanyi dulu sebelum atau sesudah memulai pelajaran. Bukannya apa-apa, kerena jam Indonesia mereka selalu dijadualkan di siang hari dan 3 jam berturut-turut. Tentunya kegiatan nyanyi acapela itu membuat suasana siang menjadi lebih fresh dan dapat menyulut mood mereka untuk belajar.
Salah satu lagu favorit yang mereka persembahkan untuk saya adalah; Coffe and Tea (saya tidak tahu judul persisnya), yang menurut mereka sangat pas dengan hobi saya minum kopi dan hobi mereka minum teh. Klop kalau begitu!! Mau dengar? Silakan disimak videonya, tentunya paling enak sambil minum kopi... atau teh bila Anda suka:)
Biasanya dulu - sekarang 3 orang di antaranya sudah lulus- mereka sering saya minta menyanyi dulu sebelum atau sesudah memulai pelajaran. Bukannya apa-apa, kerena jam Indonesia mereka selalu dijadualkan di siang hari dan 3 jam berturut-turut. Tentunya kegiatan nyanyi acapela itu membuat suasana siang menjadi lebih fresh dan dapat menyulut mood mereka untuk belajar.
Salah satu lagu favorit yang mereka persembahkan untuk saya adalah; Coffe and Tea (saya tidak tahu judul persisnya), yang menurut mereka sangat pas dengan hobi saya minum kopi dan hobi mereka minum teh. Klop kalau begitu!! Mau dengar? Silakan disimak videonya, tentunya paling enak sambil minum kopi... atau teh bila Anda suka:)
Subscribe to:
Posts (Atom)