"Bauer Max der hat ein Huhn,
dass hat schrecklich viel zu tun
taeglich eier liegen..."
itulah penggalan teks lagu Bauer Max yang menjadi pembuka konser gitar pertama Rizki, putra sulung saya. Empat buah lagu mengalun dengan indahnya lewat dentingan gitar Rizki dan temannya, Vito, dengan iringan cord oleh Herr Bredie, dalam konser "Vorspielabend", yang digelar Kamis malam lalu, 12 Februari 2009, di aula sekolah. Tak kuasa rasanya saya membendung rasa bangga yang membuncah dalam dada ini, menyaksikan buah hati memetik senar-senar gitarnya dengan sepenuh jiwa.
Rizki, baru belajar memetik gitar pada awal September tahun lalu, ketika pertama kali mengikuti kegiatan ekstra kurikuler bersama Herr Bredie (Mr. Bredie), guru musiknya, di sekolah. Dan kini, 5 bulan berselang, ia sudah mampu memainkan 4 buah lagu dengan sangat baik.
Tak hanya Rizki, sederetan penampil lainnya juga mampu menyuguhkan permainan musik akustik yang menarik. Tak kurang dari 30 anak mulai dari kelas 2 SD sampai dengan SMA, menampilkan kebolehan mereka bermain alat musik akustik: gitar, piano, suling, dan drum. Ajang semacam ini sangat positif dan sekaligus dapat memacu semangat serta percaya diri anak untuk meningkatkan kemampuan bermusik mereka, yang tentunya akan berpengaruh pada peningkatan bidang-bidang lainnya.
Yang sangat menarik untuk dicatat adalah bahwa, dalam Vorspielabend tersebut, penampilan anak sangat alami dan spontan. Bila terjadi kesalahan, baik guru maupun penonton tak memberi reaksi yang membuat anak menjadi gugup, sehingga permainan mereka sangat enak untuk dinikmati. Peran guru juga sangat 'manis' terlihat di sini. Bila permainan tersendat, Sang guru akan membimbing anak untuk membaca perlahan partitur bersama-sama, lalu apabila diperlukan, maka ia akan bersama memainkan alat musiknya bersama siswa tersebut.
Ah...tak terlukiskan betapa bangga dan terharunya semua orangtua pada malam itu. Mungkin tak ada salahnya bila saya ingin berbagi dengan Anda di sini, mendengarkan petikan gitar Rizki bersama temannya Vito, dalam klip: Haenchen Klein....so go grab your coffee and enjoy the play...cheers!
Tuesday, February 17, 2009
Monday, February 9, 2009
Sweet Afternoon Chat
Sebuah pertemuan sore nan santai berhasil 'digelar' di rumah Tia dan Oto, Sabtu lalu. Asik, santai, ceria, diselingi gelak tawa kami dan suara anak-anak bercengkrama. Sweet Afternoon Chat, rasanya pas untuk acara kami itu. Setelah sekian lama tak bertemu, akhirnya kami, mantan anggota geng the keches di masa SMA dulu, dapat ngobrol ngalor-ngidul bernostalgia dan bertukar cerita manis seputar kehidupan kami dulu dan sekarang. Tambahan lagi, keceriaan anak-anak kami juga menambah manisnya suasana sore itu.
Tia dan Oto, tuan rumah sore itu, terlihat senang sekali. Kami berjanji akan rutin bertemu dari rumah ke rumah, lengkap dengan anggota keluarga kami, tentunya dengan harapan pertemanan ini tidak hanya berhaenti pada level orangtua (wah...ternyata kami sudah jadi ortu!), tapi juga pada level anak-anak kami, bahkan cucu...ah senangnya!
So the Keches, meet you at Selly-Haryo's House next month...tentunya dengan agenda tambahan: belajar membuat keramik dan makan jajanan Blok-S...ah asiknya!!!
Monday, February 2, 2009
hujan...becek...kocek...
Hujan, hujan, alangkah derasnya! Saya termasuk orang yang bingung bagaimana menghadapi hujan...mau mengumpat, takut kualat bila nanti diberi musim kemarau nan kering kerontang. Tapi kalau boleh memilih, saya lebih senang bila hujan turun secara proporsional saja. Maksudnya proporsional adalah, ia turun untuk menyirami bumi dari debu-debu dan memberikan kesuburan serta kesejukan pada alam tercinta, bukan berlebihan hingga mendatangkan bencana. Kalau boleh juga memohon...mbok ya ia turun jangan di siang hari, karena jemuran di rumah tak kunjung kering dibuatnya. Walhasil, saya harus menggunakan jasa laundry kiloan untuk mencuci baju sehari-hari. Lumayanlah...seminggu kocek yang harus dikeluarkan bisa sekitar 100.000 hingga 150.000 perak untuk biaya cuci baju!
Selain masalah cucian tadi, halaman rumah juga jadi becek minta ampun...saya jadi takut kalau rumput-rumput di halaman jadi membusuk akibat tergenang air. Apalagi anak-anak saya yang masih senang sekali main becek-becek, tanpa tendeng aling-aling membawa sepatu dan sandal mereka yang belepotan tanah, ke dalam rumah. Ampun...deh, alih-alih di rumah sekarang juga sedang tak ada asisten, walhasil saya dan suami bergantian mengepel lantai!
Well, apa mau dikata...kita ini hanya manusia yang bisa menerima apa pun yang Tuhan berikan, termasuk derasnya hujan yang kini mulai menenggelamkan beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Jakarta. Satu hal yang dapat kita lakukan adalah berdoa dan berusaha semoga di balik derasnya hujan ini ada sebuah rahmat dan hikmah besar yang diselipkan Tuhan bagi kita. Mudah-mudahan ungkapan hujan, becek, gak ada ojek dapat mengingatkan kita untuk selalu waspada, namun tetap bersyukur atas hujan yang tak semata-mata membawa bencana tapi juga berkah bagi semua insan....contoh langsung adalah para pengusaha laundry kiloan yang bertambah tebal koceknya di musim penghujan. Makin deras...makin tebal jugalah kocek mereka tentunya!
Subscribe to:
Posts (Atom)